Kamis, 20 Januari 2011

Qana’ah


Qana’ah (rela dan menerima pemberian Allah subhanahu wata’ala apa adanya) adalah sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali bagi siapa yang diberikan taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa, kebakhilan dan ketamakannya. Karena manusia diciptakan dalam keadan memiliki rasa cinta terhadap kepemilikan harta.
Namun meskipun demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya bisa menekan sifat tamak dan membimbingnya menuju sikap zuhud dan qana’ah. Berikut ini beberapa kiat menuju qana’ah yang jika kita laksanakan maka dengan izin Allah seseorang akan dapat merealisasikan nya. Di antaranya yaitu:

1. Memperkuat Keimanan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Juga membiasakan hati untuk menerima apa adanya dan merasa cukup terhadap pemberian Allah subhanahu wata’ala, karena hakikat kaya itu ada di dalam hati. Barangsiapa yang kaya hati maka dia mendapatkan nikmat kebahagiaan dan kerelaan meskipun dia tidak mendapatkan makan di hari itu.
Sebaliknya siapa yang hatinya fakir maka meskipun dia memilki dunia seisinya kecuali hanya satu dirham saja, maka dia memandang bahwa kekayaannya masih kurang sedirham, dan dia masih terus merasa miskin sebelum mendapatkan dirham itu. 

2. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis.
Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya. Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, disebutkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya, “Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Seorang hamba hanya diperintah kan untuk berusaha dan bekerja dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala yang memberinya rizki dan bahwa rizkinya telah tertulis. 

3. Memikirkan Ayat-ayat al-Qur’an yang Agung.
Terutama sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah rizki dan bekerja (usaha). ‘Amir bin Abdi Qais pernah berkata, “Empat ayat di dalam Kitabullah apabila aku membacanya di sore hari maka aku tidak peduli atas apa yang terjadi padaku di sore itu, dan apabila aku membacanya di pagi hari maka aku tidak peduli dengan apa aku akan berpagi-pagi, (yaitu):
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathiir:2)
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS.Yunus:107)
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud:6)
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. ath-Thalaq:7) 

4. Ketahui Hikmah Perbedaan Rizki
Di antara hikmah Allah subhanahu wata’ala menentu kan perbedaan rizki dan tingkatan seorang hamba dengan yang lainnya adalah supaya terjadi dinamika kehidupan manusia di muka bumi, saling tukar manfaat, tumbuh aktivitas perekonomian, serta agar antara satu dengan yang lainnya saling memberi kan pelayanan dan jasa.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentu kan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32)
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS.Al an’am 165) 

5. Banyak Memohon Qana’ah kepada Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling qana’ah, ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah subhanahu wata’ala agar diberikan qana’ah, beliau bedoa,
“Ya Allah berikan aku sikap qana’ah terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi)
Dan karena saking qana’ahnya, beliau tidak meminta kepada Allah subhanahu wata’ala kecuali sekedar cukup untuk kehidu pan saja, dan meminta disedikitkan dalam dunia (harta) sebagaimana sabda beliau, “Ya Allah jadikan rizki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok saja.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi) 

6. Menyadari bahwa Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian
Kita harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak tergantung kepada kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktivitas, keluasan ilmu, meskipun dalam sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran secara pasti.
Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana’ah, terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada dirinya, sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri. 

7. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia
Dalam urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang yang lebih rendah, jangan melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR.al-Bukhari dan Muslim)
Jika saat ini anda sedang sakit maka yakinlah bahwa selain anda masih ada lagi lebih parah sakitnya. Jika anda merasa fakir maka tentu di sana masih ada orang lain yang lebih fakir lagi, dan seterusnya. Jika anda melihat ada orang lain yang mendapatkan harta dan kedudukannya lebih dari anda, padahal dia tidak lebih pintar dan tidak lebih berilmu dibanding anda, maka mengapa anda tidak ingat bahwa anda telah mendapatkan sesuatu yang tidak dia dapatkan? 

8. Membaca Kehidupan Salaf
Yakni melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi dunia, bagaimana kezuhudan mereka, qana’ah mereka terhadap yang mereka peroleh meskipun hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperolah harta yang melimpah, namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih membutuhkan. 

9. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta
Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemilik nya jika dia tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta tidak membelanjakannya dalam hal yang baik pula.
Ketika seorang hamba ditanya tantang umur, badan, dan ilmunya maka hanya ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka dia dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana membelanjakannya. Hal ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi amanat harta yang banyak sehingga dia harus dihisab lebih lama dibanding orang yang lebih sedikit hartanya. 

10. Melihat Realita bahwa Orang Fakir dan Orang Kaya Tidak Jauh Berbeda.
Karena seorang yang kaya tidak mungkin memanfaatkan seluruh kekayaannya dalam satu waktu sekaligus. Kita perhatikan orang yang paling kaya di dunia ini, dia tidak makan kecuali sebanyak yang dimakan orang fakir, bahkan mungkin lebih banyak yang dimakan orang fakir. Tidak mungkin dia makan lima puluh piring sekaligus, meskipun dia mampu untuk membeli dengan hartanya. Andaikan dia memiliki seratus potong baju maka dia hanya memakai sepotong saja, sama dengan yang dipakai orang fakir, dan harta selebihnya yang tidak dia manfaatkan maka itu relatif (nisbi).
Sungguh indah apa yang diucapkan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, “Para pemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu mereka menemui hisab atas harta itu sedang kita terbebas darinya.” 

Sumber: “Al-Qana’ah, mafhumuha, manafi’uha, ath-thariq ilaiha,” hal 24-30, Ibrahim bin Muhammad al-Haqiil

Asmaaul husna


No. Nama Arab Indonesia Inggris
1 Allah الله
The God
2 Ar Rahman الرحمن Yang Memiliki Mutlak sifat Pengasih The All Beneficent
3 Ar Rahiim الرحيم Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang The Most Merciful
4 Al Malik الملك Yang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah The King, The Sovereign
5 Al Quddus القدوس Yang Memiliki Mutlak sifat Suci The Most Holy
6 As Salaam السلام Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan Peace and Blessing
7 Al Mu`min المؤمن Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan The Guarantor
8 Al Muhaimin المهيمن Yang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara The Guardian, the Preserver
9 Al `Aziiz العزيز Yang Memiliki Mutlak Kegagahan The Almighty, the Self Sufficient
10 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa The Powerful, the Irresistible
11 Al Mutakabbir المتكبر Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran The Tremendous
12 Al Khaliq الخالق Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta The Creator
13 Al Baari` البارئ Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan) The Maker
14 Al Mushawwir المصور Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya) The Fashioner of Forms
15 Al Ghaffaar الغفار Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun The Ever Forgiving
16 Al Qahhaar القهار Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa The All Compelling Subduer
17 Al Wahhaab الوهاب Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia The Bestower
18 Ar Razzaaq الرزاق Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki The Ever Providing
19 Al Fattaah الفتاح Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat The Opener, the Victory Giver
20 Al `Aliim العليم Yang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu) The All Knowing, the Omniscient
21 Al Qaabidh القابض Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya) The Restrainer, the Straightener
22 Al Baasith الباسط Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya) The Expander, the Munificent
23 Al Khaafidh الخافض Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Merendahkan (makhluknya) The Abaser
24 Ar Raafi` الرافع Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya) The Exalter
25 Al Mu`izz المعز Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya) The Giver of Honor
26 Al Mudzil المذل Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya) The Giver of Dishonor
27 Al Samii` السميع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar The All Hearing
28 Al Bashiir البصير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat The All Seeing
29 Al Hakam الحكم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan The Judge, the Arbitrator
30 Al `Adl العدل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil The Utterly Just
31 Al Lathiif اللطيف Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut The Subtly Kind
32 Al Khabiir الخبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia The All Aware
33 Al Haliim الحليم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun The Forbearing, the Indulgent
34 Al `Azhiim العظيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung The Magnificent, the Infinite
35 Al Ghafuur الغفور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun The All Forgiving
36 As Syakuur الشكور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai) The Grateful
37 Al `Aliy العلى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi The Sublimely Exalted
38 Al Kabiir الكبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar The Great
39 Al Hafizh الحفيظ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menjaga The Preserver
40 Al Muqiit المقيت Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan The Nourisher
41 Al Hasiib الحسيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan The Reckoner
42 Al Jaliil الجليل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The Majestic
43 Al Kariim الكريم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah The Bountiful, the Generous
44 Ar Raqiib الرقيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi The Watchful
45 Al Mujiib المجيب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan The Responsive, the Answerer
46 Al Waasi` الواسع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas The Vast, the All Encompassing
47 Al Hakiim الحكيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana The Wise
48 Al Waduud الودود Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta The Loving, the Kind One
49 Al Majiid المجيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The All Glorious
50 Al Baa`its الباعث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan The Raiser of the Dead
51 As Syahiid الشهيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan The Witness
52 Al Haqq الحق Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar The Truth, the Real
53 Al Wakiil الوكيل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara The Trustee, the Dependable
54 Al Qawiyyu القوى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat The Strong
55 Al Matiin المتين Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh The Firm, the Steadfast
56 Al Waliyy الولى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi The Protecting Friend, Patron, and Helper
57 Al Hamiid الحميد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji The All Praiseworthy
58 Al Mushii المحصى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi The Accounter, the Numberer of All
59 Al Mubdi` المبدئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai The Producer, Originator, and Initiator of all
60 Al Mu`iid المعيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan The Reinstater Who Brings Back All
61 Al Muhyii المحيى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan The Giver of Life
62 Al Mumiitu المميت Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan The Bringer of Death, the Destroyer
63 Al Hayyu الحي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup The Ever Living
64 Al Qayyuum القيوم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri The Self Subsisting Sustainer of All
65 Al Waajid الواجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu The Perceiver, the Finder, the Unfailing
66 Al Maajid الماجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia The Illustrious, the Magnificent
67 Al Wahiid الواحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa The One, the All Inclusive, the Indivisible
68 As Shamad الصمد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting
69 Al Qaadir القادر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan The All Able
70 Al Muqtadir المقتدر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa The All Determiner, the Dominant
71 Al Muqaddim المقدم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan The Expediter, He who brings forward
72 Al Mu`akkhir المؤخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengakhirkan The Delayer, He who puts far away
73 Al Awwal الأول Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal The First
74 Al Aakhir الأخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir The Last
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata The Manifest; the All Victorious
76 Al Baathin الباطن Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib The Hidden; the All Encompassing
77 Al Waali الوالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah The Patron
78 Al Muta`aalii المتعالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi The Self Exalted
79 Al Barri البر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma The Most Kind and Righteous
80 At Tawwaab التواب Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat The Ever Returning, Ever Relenting
81 Al Muntaqim المنتقم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyiksa The Avenger
82 Al Afuww العفو Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf The Pardoner, the Effacer of Sins
83 Ar Ra`uuf الرؤوف Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih The Compassionate, the All Pitying
84 Malikul Mulk مالك الملك Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta) The Owner of All Sovereignty
85 Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan The Lord of Majesty and Generosity
86 Al Muqsith المقسط Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil The Equitable, the Requiter
87 Al Jamii` الجامع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan The Gatherer, the Unifier
88 Al Ghaniyy الغنى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan The All Rich, the Independent
89 Al Mughnii المغنى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan The Enricher, the Emancipator
90 Al Maani المانع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah The Withholder, the Shielder, the Defender
91 Ad Dhaar الضار Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita The Distressor, the Harmer
92 An Nafii` النافع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat The Propitious, the Benefactor
93 An Nuur النور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya) The Light
94 Al Haadii الهادئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk The Guide
95 Al Baadii البديع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta Incomparable, the Originator
96 Al Baaqii الباقي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal The Ever Enduring and Immutable
97 Al Waarits الوارث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris The Heir, the Inheritor of All
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai The Guide, Infallible Teacher, and Knower
99 As Shabuur الصبور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar The Patient, the Timeless

Rabu, 19 Januari 2011

Menjadi Suami-Istri Teladan

Rasulullah SAW pulang ke rumah pada pagi hari, karena ada keperluan bersama umatnya. Dilihatnya di rumah tidak ada makanan sedikitpun. Beliau pun bertanya kepada Aisyah istri beliau, “Wahai istriku, adakah ada makanan di rumah ini?” Sang istripun menjawab dengan jujur, “Tidak ada ya Rasulullah. Belum ada makanan pagi ini.” Rasulullah berkata, ‘Kalau begitu, aku akan puasa hari ini!”
Sebuah cuplikan keseharian Rasulullah yang sering beliau alami. Cerita ini begitu membekas pada diriku. Ada beberapa hikmah dari cerita tadi yang bisa aku dan Anda sekalin tiru, sebagai suami atau istri. Hikmahnya adalah
1. Sebagai suami, Rasulullah adalah suami yang hebat. Tidak merepotkan istrinya. Tidak membebani istrinya dengan kebutuhan pribadinya. Dalam kisah lain, beliau kalau sudah sampai di rumah, ikut membantu keperluan rumah. Beliau bekerja dengan tangannya untuk rumah tangganya.
2. Sebagai suami, Rasulullah adalah suami penyayang. Tidak ada kata yang memaksa atau menyindir istrinya. Semua keadaan rumahnya beliau terima apa adanya. Beliau tidak serta merta main perintah kepada istrinya. Beliau tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat istrinya sakit hati.
3. Sebagai suami, Aisyah adalah istri yang hebat. Aisyah sadar Rasulullah adalah pengemban umat ini sehingga, saat pulang ke rumah dan tidak membawa apa-apa Aisyah tidak bertanya sesuatu yang membebani suaminya. Aisyah tidak meminta-minta sesuatu yang tidak dipunyai Rasulullah
4. Sebagai istri, Aisyah adalah istri yang ikhlas dan ridho. Apapun keadaan suaminya, Aisyah ridha dan ikhlas. Tidak ada sindirian  tentang keperluan rumah tangganya yang akan membebani Rasulullah.
Subhanalloh, inilah kisah pendek penuh hikmah. Rumah yang diberkahi karena terliputi rasa ikhlas, ridho, dan kasih sayang.
Ya Allah, didiklah kami agar bisa meniru beliau. Tundukan nafsu kami, tunjukan jalan apabila kami menjauhiMu Ya Allah hanya Engkaulah tempat kami bergantung, kabulkanlah doa kami, agar kami bersama di dunia ini dan bersama di akherat-Mu kelak. Amin.

Senin, 17 Januari 2011

rahasia sukses dunia dan akherat

Orang yang tidak tahu rahasia sukses ini mengatakan,
“Buat apa repot-repot menolong orang lain, bahkan di negara lain, padahal kita sendiri susah?”
Dia tidak tahu rahasia sukses ini! Sayang sekali, padahal sangat ampuh jika mau mengaplikasikannya. Rahasia sukses ini tidak mungkin salah. Bukan hanya sukses di dunia saja, tetapi sukses juga di akhirat. Insya Allah. Mau tahu? Jangan hanya mengetahuinya saja, tetapi juga mengaplikasikannya. Termasuk saya sendiri. Yuk kita pelajari.
Kita akan sukses jika kita mau mengaplikasikannya. Supaya sukses dunia akhirat, ada satu kunci yang harus ada saat mengaplikasikannya, yaitu ikhlas. Tanpa keihlasan, Kita mungkin sukses, tetapi hanya di dunia saja. Tapi jika ingin sukses di akhirat juga, maka keihlasan adalah harga mati. Ikhlas adalah syarat utama sebuah amal mendapatkan balasan dari Allah.
Rahasia-rahasia sukses itu ada pada hadist dibawah ini:
Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami Al A’masy dan Ibnu Numair telah mengkabarkan kepada kami Al A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Barangsiapa meringankan seorang mukmin dari kesulitan di dunia maka Allah akan meringankan baginya kesulitan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa memudahkan bagi seorang yang kesusahan maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat, dan Allah akan menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya. Barangsiapa meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga, dan tidaklah suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, dan mempelajarinya dengan sesama mereka kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dilimpahkan kepada mereka rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan Allah Azza Wa jalla akan menyebut-nyebut mereka di hadapan malaikat yang ada di sisi-Nya. Dan barangsiapa diperlambat oleh amalnya maka tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.”  (HR Ahmad No 7118)
OK, akan saya rangkumkan dibawah ini.

Rahasia sukses itu adalah:

  1. meringankan seorang mukmin dari kesulitan di dunia
  2. menutupi aib seorang muslim
  3. memudahkan bagi seorang yang kesusahan
  4. mau menolong saudaranya
  5. menuntut ilmu
  6. membaca kitab Allah
Tentu saja, masih ada yang lainnya jika kita mau menggali Al Quran dan hadits lainnya.

Apa manfaat dari rahasia sukses diatas?

Berikut adalah rangkuman manfaat dari mengaplikasikan keenam rahasia sukses diatas:
  1. Allah akan meringankan baginya kesulitan di hari kiamat
  2. Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat
  3. Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat
  4. Allah akan menolong
  5. Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga
  6. Allah akan memberi rahmat
Jika Allah sudah berkehendak, siapa yang akan mampu menghalanginya? Bukankah ini rahasia sukses yang dahsyat? wallohu a'lam

ciri-ciri orang sukses

Salah satu ciri-ciri orang sukses ialah mampu mendorong diri untuk mengambil tindakan selalu. Mereka dengan tekun berusaha sampai tujuannya tercapai. Mereka bisa terus menerus mengambil tindakan sehingga semakin hari semakin dekat dengan sukses. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mereka terus bertindak?
Ada tujuh hal yang bisa mendorong setiap orang mampu bertindak secara konsisten. Jika Anda memiliki ketujuh hal ini, maka Anda akan mampu terus menerus mendorong diri Anda untuk tetap bertindak. Apa saja ketujuh hal tersebut? Tidak sabar ya? Ini dia ketujuh hal pemicu motivasi Anda.

1. gairah yang menyala.

Gairah adalah gaya batin yang mendorong Anda untuk bertindak. Gairah seringkali dihubungkan dengan masalah seksual, karena gambaran gairah bisa dilihat pada gairah seksual. Bukankan hal yang konyol, seseorang sampai tega memperkosa. Ini akibat suatu gairah yang tidak tertahankan. Jika seandainya gairah bisa kita arahkan ke arah yang positif, maka kita bisa melakukan tindakan-tindakan positif yang luar biasa.

2. kepercayaan yang memberdayakan.

Apa bedanya kepercayaan orang sukses dengan orang yang gagal? Orang gagal memiliki kepercayaan yang membatasi dia untuk bertindak dan berpikir. Kepercayaan memang bisa membatasi tindakan, bahkan berpikir juga. Sementara orang yang sukses memiliki kepercayaan yang memberdayakan. Kepercayaan yang akan membuat dia bertindak dan berpikir besar, sehingga bisa menghasilkan hasil-hasil yang besar.

3. strategi yang jitu.

Strategi ialah bagaimana kita menempatkan diri kita di dalam lingkungan sehingga akan menguntungkan diri kita. Strategi juga meliputi bagaimana kita mengorganisasikan sumber daya yang ada. Seperti seorang panglima perang, dia bisa mengorganisasikan pasukan, perbekalan, dan persenjataan untuk memenangkan perang. Inilah yang disebut dengan strategi perang.

4. nilai-nilai yang mengarahkan.

Nilai-nilai adalah sistem kepercayaan yang menentukan baik dan buruk, benar dan salah. Nilai-nilai berguna untuk mengarahkan hidup kita, sehingga berjalan dengan mulus dan lancar sehingga memudahkannya untuk mencapai tujuan. Kejelasan nilai-nilai akan membuat hidup Anda begitu efektif karena sesuai dengan hal-hal yang Anda hadapi. Inilah mengapa motivasi Islami muncul, agar kita berjalan meraih sukses disertai nilai-nilai islami.

5. energi yang melimpah.

Seperti sebuah kendaraan, tidak akan bisa bertindak jika tidak memiliki energi yang mencukupi. Oleh karena itu kita harus selalu mempersiapkan energi kita agar bisa tetap bertindak. Namun bukan hanya energi fisik, juga energi intelektual, dan energi spiritual. Semuanya diperlukan.

6. relasi yang harmonis.

Semua orang sukses, selalu dicirikan dengan kemampuan menjalin relasi yang baik dengan orang lain. Orang yang sukses memiliki kemampuan mengembangkan simpati sesama, tidak peduli apa pun latar belakangnya. Rezeki sering datang melalui silaturahim.

7. komunikasi yang baik.

yang dimaksudkan bukan hanya cara berkomunikasi dengan sesama, tetapi juga cara berkomunikasi dengan diri sendiri. Berkomunikasi dengan sesama yang baik akan menghasilkan relasi yang harmonis, Sementara komunikasi dengan diri sendiri akan menentukan kualitas hidup kita. 
Adakah Anda memiliki ciri-ciri tersebut? Saya yakin Anda sudah memiliki ciri-ciri tersebut. Jika Anda ingin sukses, yang kita perlukan ialah belajar dan melatih diri untuk menyempurnakan ciri-ciri orang sukses melekat pada diri kita. Selamat belajar dan berlatih sampai Anda memiliki ciri-ciri orang sukses. amiin.

maksiat membuat hamba menjadi lupa diri

Menjadi orang-orang yang lupa diri. Lupa terhadap hakikat dirinya. Lupa terhadap asal-usulnya, dan lupa terhadap tujuan akhir hidupnya. Semua itu akibat perbuatan maksiat, yang dijalani oleh seorang hamba.
Hakikatnya, perbuatan maksiat itu membuat hamba menjadi lupa diri. Jika seorang hamba sudah lupa diri, maka jiwanya akan membiarkannya, merusaknya, dan membinasakannya. Tetapi, seorang hamba tidak pernah mau menyadari, bahwa ia telah merusak dirinya, akibat dari perbuatan maksiat itu.
Bagaimana cara maksiat membuat hamba lupa diri? Jika ia sudah menjadi lupa diri, maka siapa yang akan mengingatkannya? Apa makna lupa diri itu? Lupa diri adalah jenis kelupaan yang paling besar.
Allah berfirman :
    “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”. (Al-Hasyr : 19).
Apabila mereka melupakan Tuhan mereka, Allah, maka Allah pun melupakan mereka, sebagaimana firman-Nya :
Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka”. (At-Taubah : 67)
Akibat kelupaan itu, Allah memberikan dua hukuman atas kelupaan mereka itu. Pertama, Allah melupakan mereka. Kedua, Allah menjadikan mereka lupa diri.
Betapa Allah telah melupakan mereka, berarti Allah membiarkannya, meninggalkannya sendirian, menyia-nyiakannya, dan tidak mau tahu dengan urusannya. Apabila yang dialami seorang hamba demikian, maka yang dialaminya adalah kehancuran dan kebinasaan. Allah Azza Wa Jalla, yang Maha Rahman dan Rahim, lalu membiarkan hambanya yang telah lupa itu, akibat perbuatan maksiat yang telah dilakukannya.
Sedangkan, yang berkaitan dengan kelupaannya kepada dirinya sendiri, berarti bahwa ia melupakan bagian-bagiannya atau hak-hak yang seharusnya dapat ia raih. Hak-hak itu adalah bagian-bagian yang paling tinggi, seperti faktor kebahagiaan, kebaikan, dan kepentingan-kepentingannya, dan semua yang menjadi penyempurna dan pelengkap hidupnya di dunia dan akhirat. Ia akan melupakan semua itu. Ia tidak lagi peduli dan ingat dengan faktor-faktor itu, atau mengalihkan perhatian darinya. Akibatnya seorang hamba tidak lagi senang dengan bagian kebaikan itu. Bahkan, tidak mempedulikan semua kebaikan yang ada.
Salah contoh, makna lupa diri adalah ia melupakan aib-aibnya, kekurangan-kekurangannya, dan penyakit-penyakit dirinya. Akibatnya, tak terlintas dalam dirinya untuk memperbaiki atau menghilangkan hal-hal yang buruk itu dari dirinya. Ia jua lupa dengan penyakit-penyakit hati, dan membiarkannya mengendap dalam dirinya. Karena itu, tak terbersit dalam dirinya untuk mengobatinya atau berusaha menghilangkannya.
Padahal, penyakit-penyakit itulah yang akan mengantarkan kepada kebinasaan dan kehancuran sang hamba.
Inilah bencana terbesar yang akan menimpa orang-orang yang telah berlaku maksiat. Adakah hukuman yang lebih besar daripada orang yang melupakan atas dirinya sendiri? Melupakan semua kemaslahatan yang seharusnya ia peroleh? Melupakan kebahagian dirinya, faktor-faktor kebahagiaannya, kehidupannya yang abadi dalam kenikmatan yang kekal?
Siapa saja yang dapat merenungkan hal ini, maka akan jelas, bahwa mayoritas makhluk, sebenarnya melupakan diri mereka sendiri, serta menyia-nyiakannya. Mereka lupa akan bagian yang seharusnya mereka peroleh dari Allah, dan mreka telah menjual bagian termahal itu dengan harga yang sangat murah. Tak ubahnya dengan jual-beli dengan transaksi yang mengandung tipuan.
Sesunggunnya, mereka tertipu dalam transaki jual-beli.    Ketertipuan itu akan sangat nampak, ketika seorang hamba telah mati. Sangatlah jelas seperti ketika berlangsung hari ‘taghabun’, saat satu sama lainnya menyadari, bahwa dirinya telah tertipu dalam ‘akad perdagangan’, yang pernah mereka lakukan selama di dunia. Hakikatnya, setiap orang dalam kehidupan melakukan transaksi perdagangan di dunia untuk akhirat.
Orang yang rugi dalam akad ini berkeyakinan, bahwa mereka adalah orang yang beruntung dalam perdagangan. Padahal mereka telah membeli kehidupan dunia, dan segala macam kenikmatannya dengan kehidupan akhirat dan segala macam keindahan dan kenikmatannya. Mereka bersenang-senang dan ridho, dan bahagia dengan bagian yang mereka peroleh di dunia. Mereka menjual kehidupan akhirat dan kebahagiaan jangka panjang dengan kehidupan dunia jangka pendek, singkat dan sesaat.
Lebih parah lagi, jika iman mereka sangat lemah, dikuasi hawa nafsu, dan kecintaan terhadap sesuatu yang bersifat jangka pendek. Mayoritas makhluk Allah di dunia ini, sesungguhnya rugi dalam perdagangan ini, seperti yang difirmankan Allah :
Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringangkan siksa mereka dan mereka tiada akan ditolong”. (Al-Baqarah : 16)
Di hari ‘taghabun’, semua ketertipuan dalam perdagangan mereka akan menjadi nampak jelas, dan mereka hanya bisa menyesali diri mereka.
Orang yang beruntung adalah yang menjual sesuatu yang fana (dunia) dengan sesuatu yang kekal (akhirat), menjual sesuatu yang murah dengan sesuatu yang mahal dan bernilai tinggi, sesuatu yang hina dengan sesuatu yang agung dan mulia. Hamba itu berkata, “Apalah arti dunia ini dari awal, hingga akhir, sampai-sampai kita menjual bagian kita disisi Allah, dan tempat tinggal akhirat dengan dunia itu? Apa yang diperoleh seorang hamba dari dunia yang sangat singkat yagn sebenarnya seperti mimpi sekilas yang tidak ada artinya , jika dibanding dengan negeri akhirat yang kekal”.
Allah berfirman :
    “Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Alah mengumpulkan mereka, (mereka merasakan di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rigulah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat pentunjuk”. (Yunus : 45)
Orang-orang kafir bertanya kepadamju (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadi? Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). Kamu hanyalah pemberi peringatan bagi siapa yang takut kepadanya (hari berbangkit). Pada hari mereka melihat hari bebangkit itu,mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau di pagi hari”. (An-Nazi’at : 42-46).
“ .. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melaikan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melankan kaum fasik”. (Al-Ahqaf : 35)
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Zmereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung, ‘Allah berfirman, ‘Kamu tidak tigngal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui”. (Al-Mu’minun : 112-114)
Inilah hekikat kehidupan dunia pada hari kiamat. Kehidupan yang sangat singkat. Mereka sadar bahwa ada kehidupan selainnya yang selama ini  mereka jalani, yaitu kehidupan yang sebenarnya dan kehidupan yang kekal, yaitu  kehidupan akhirat. Pasti mereka merasakan ketertipuan yang sangat besar, karena telah menjual kehidupan yang kekal dengan kehidupan yang sangat fana.
Setiap manusia pada hakikatnya adalah penjual, pembeli, dan pelaku perniagaan. Setiap manusia menjual dirinya. Manusia dapat membebaskan dirinya, atau sebaliknya membinasakannya.
Allah berfirman :
    “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan hartamereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mreka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an.Dan siapakah yagn lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah : 111)