Jumat, 25 Maret 2011

DOSA-DOSA YANG PELAKUNYA DISIKSA DI DALAM KUBUR

1. Oang yang mengambil al-Quran Tetapi Dia menolaknya dan Tidur Meninggalkan Sholat Wajib
Rosulluloh SAW bersabda : "Kami mendatangi seseorang yang sedang berbaring, dan satu orang yang lainnya sedang berdiri memegang batu, tiba-tiba saja orang tersebut melemparkan batu itu ke kepala orang yang pertama, dia memecahkan kepalanya, kemudian batu tersebut mengelinding ke sini, dia mengikuti batu dan mengambilnya dan tidak kembali lagi sehingga dia pulih seperti semula, kemudian orang tadi kembali dan melakukan apa yang ia lakukan pada kali pertama."

Kemudian di akhir hadits dijelaskan dengan perkataan kedua Malaikat kepada Rosul SAW, yaitu :
Orang yang pertama yang kepalanya dipecahkan dengan batu adalah orang yang mengambil al-Quran tetapi dia menolaknya dan tidur meninggalkan shalat wajib.

Di dalam riwayat lain :"Dia disiksa sampai hari kiamat".

2. Dosa Pembohong

Di dalam hadits Samurah bin Jundab diungkapkan: "Lalu kami pun pergi dan menjumpai seseorang yang berdiri dengan membawa besi yang bengkok ujungnya, kemudian dia datang ke salah satu sisi wajahnya dan merobek rahang mulutnya sampai tengkuk, hidungnya sampai ke tengkuk, dan kedua matanya sampai ke tengkuk pula. Kemudian dia pindah ke sisi yang lain dan melakukan apa yang telah ia lakukan pada kali pertama. Dia tidak berhenti dari sisi tersebut sebelum sisi itu sehat seperti semula, kemudian dia kembali kepadanya dan melakukan apa yang ia lakukan pada kali yang pertama."
Dan diakhir hadits dijelaskan: "Adapun orang yang kamu datangi dirobek rahang mulutnya sampai tengkuk, hidung sampai tengkuk dan kedua matanya sampai tengkuk pula adalah orang yang pergi dari rumahnya pada pagi hari lalu dia melakukan kebohongan setinggi langit."

3. Siksaan Bagi Para Pezina

Di dalam hadits terdahulu di ungkapkan: "Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah tempat yang serupa dengan tungku api, dan aku mengira bahwa beliau berkata:'Ternyata di dalamnya ada suara gaduh. Lalu kami melihatnya dan ternyata di dalamnya ada sekelompok laki-laki dan perempuan yang telanjang. Tiba-tiba saja datang kepada mereka api dari bawah, yang jika api itu datang, mereka semua berteriak menjerit."

Adapun laki-laki dan perempuan yang ada dalam bangunan tsb, adalah para pezina.

4. Siksaan Bagi Pemakan Riba

Di dalam hadits terdahulu diungkapkan :"lalu kami pun pergi ke sebuah sungai. Aku mengira bahwa beliau berkata: 'Merah bagaikan darah. Ternyata di sungai tersebut ada seseorang yang sedang berenang dan di tepi sungai tersebut ada seseorang yang telah mengumpulkan batu yang sangat banyak. Kemudian orang yang mengumpulkan batu tadi datang, lantas membukakan mulut orang yang berenang dan menyuapinya batu, lalu dia berenang dan tak lama kemudian kembali. Setiap kali dia kembali (orang yang di tepi sungai )membukakan mulutnya dan menyuapinya dengan batu.'
Adapun orang yang dimasukkan baatu kedalam mulutnya adalah orang yang memakan riba.

5. Siksaan Bagi Mayit yang Diratapi

Rosulullah SAW bersabda : "Mayit akan disiksa di dalam kubur karena ratapan yang ditujukan kepadanya".

6. Siksaan Terhadap Mayit Disebabkan Sebagian Perkataan Keluarganya

Rosulluloh SAW bersabda :"Tidaklah seseorang meninggal, lalu orang yang menangisinya berdiri dan berkata : 'Wahai pemimpinku, wahai tuanku atau kata-kata yang serupa dengannya, kecuali Allah akan mengutus kepadanya dua Malaikat yang akan memukulnya'`sepertikah anda dahulu?`"

7. Siksaan Bagi Orang yang Mengadu Domba

Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, beliau berkata: "Nabi SAW lewat di sebuah kebun dari perkebunan Makkah (atau Madinah), lalu beliau mendengar suara dua manusia yang sedang disiksa di dalam kuburnya. Nabi bersabda:'Mereka berdua disiksa padahal mereka bukan disiksa karena melakukan dosa besar.'Setelah itu beliau bersabda:'Tentu saja, karena salah satu di antara mereka tidak berhati-hati ketika buang air kecil(seehingga terkena najis) dan yang lainnya adalah orang yang suka mengadu domba orang lain".
Di dalam riwayat lain Rosululloh SAW bersabda: "Dan yang lainnya tidak bersuci dari air kencing."

8. Siksaan Bagi Orang yang Tidak bersuci atau Berhati-hati Ketika Kencing (Agar tidak terkena najis tanpa Disadari), Sebagaimana yang Diriwayatkan di Dalam Hadits di Atas.

Kamis, 17 Maret 2011

Sifat Orang-orang Bertaqwa

Puncak prestasi manusia disisi Allah ialah taqwa, banyak sekali disebutkan karakteristik orang-orang beriman didalam Al-Qur’an, patut kita telaah dan kita kaji sebagai cermin dan keteladanan dalam mengisi kehidupan menuju kepada kesempurnaan. Sebelum Al-Qur’an menjelaskan tentang hukum syari’at dan seluk beluk kehidupan manusia, lebih dahulu telah disifatkan orang-orang yang dapat menerima kebenaran Al-Qur’an tersebut.Pada lembaran permulaan setelah Al-Fatihah, yaitu pada awal surat Al-Baqarah.
“Alif lam mim, kitab ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah : 2).
Selanjutnya dijelaskan pada ayat berikutnya sifat-sifat orang yang bertaqwa tersebut, antara lain :
ALADZIINA YU’MINUUNA BIL GHAIBI ( yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib ).
Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. Tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh panca indera. Percaya kepada yang ghaib yaitu mengi’tikadkan adanya sesuatu yang “wujud” yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, karena ada dalil yang menunjukan kepada adanya, seperti adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya – ( Tafsir Depag ).
Baik buruknya perilaku seseorang, amat tergantung tebal tipisnya iman kepada yang ghaib ini, semakin kuat imannya kepada yang ghaib akan semakin kuat dorongan untuk berbuat kebaikan. Mewakili sosok manusia taqwa yang penuh kejujuran dan tanggung jawab secara sempurna, seperti disebutkan dalam sebuah hadits :
“Ada tujuh golongan manusia istimewa disisi Allah kelak yang akan mendapatkan naungan kehormatan yang justru tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
1.  Imam yang ‘adil
2.  Pemuda yang tumbuh berkembang dan senantiasa beribadah kepada Allah ta’ala
3.  Seorang yang hatinya selalu tertambat pada masjid. ( Orang yang memperhatikan waktu-waktu shalat berjama’ah di masjid dan menjadikan masjid sebagai rumahnya yang kedua sesudah rumahnya ).
4. Dua orang yang berkasih sayang semata-mata karena Allah, baik ketika bertemu atau ketika berpisah.
5.  Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan yang cantik, namun ia menolak dengan mengatakan : “ Aku takut kepada Allah.”
6.  Seorang yang bersedekah dirahasiakan, sehingga tidak diketahui oleh yang kiri apa yang dilakukan oleh yang kanannya.
7.  Seorang yang berdzikir ingat kepada Allah sendirian sehingga berlinang air mata. (HR. Al-Bukhari dan Muslim ).
Contoh sosok manusia taqwa tersebut hanya ada pada manusia yang beriman kepada yang ghaib, meyakini dan mengamalkan kebenaran Al-Islam dan selalu merasa diawasi Allah yang disebut dengan Ihsan.
Sebaliknya menipisnya iman kepada yang ghaib akan semakin mudahnya manusia melakukan perbuatan tidak terpuji. Kontrol pengendali diri hanya mengandalkan kemampuan nalar tidak akan bisa lepas dari pengaruh nafsu, sedang nafsu cenderung kepada hal-hal yang negatif.
“(Nabi Yusuf berkata). “ Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh ( Allah ) Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf : 53 )
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Allah) Yang Maha Pemurah (Al-Qur’an), Kami adakan baginya setan ( yang menyesatkan) maka setan itulah yang akan menjadi teman yang akan selalu menyertainya.” (QS. Zukhruf :36).
Keserakahan dan kesewenang-wenangan yang ikut mewarnai peradaban hari ini lebih canggih lagi, karena didukung oleh intelektual dan material, kenakalan remaja, perkelahian antar pelajar ini juga merupakan bukti kelalaian orang tua dan guru yang hanya menitik beratkan kepada kecerdasan otak anak-anaknya dari pada mengisi jiwanya dengan  aqidah dan keimanan kepada yang ghaib.
WA YUQIMUUNASH SHALAH, ( mereka adalah orang-orang yang menegakan shalat ).
Shalat menurut bahasa Arab artinya do’a. Menurut istilah syara’ ialah ibadah yang sudah dikenal, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. Mendirikan shalat ialah menunaikan dengan teratur dengan melengkapi syarat syarat rukun dan adabnya, baik yang lahir maupun yang bathin seperti khusyu’. Memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. (Terjemah Al-Qur’an Depag).
Ibnu ‘Abbas berkata : “Iqomatus shalah yaitu menyempurnakan ruku, sujud, bacaan dan khusyu’ (Tafsir Ibnu Katsir ).
Seperti yang kita imani bahwa shalat merupakan tiang agama tidak menegakkanya berarti merobohkan agama. Shalat menopang azas keislaman, secara vertikal shalat mengukuhkan hubungan seorang hamba dengan penciptanya sekaligus memiliki nilai khusyu’ disisi Allah dan manfaat yang tidak ternilai bagi kemerdekaan jiwa yang mampu menahan diri dari keji (kedurhakaan) dan kemungkaran.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya shalat itu mencegah ( perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat (shalat) adalah lebih besar (keutamaanya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Ankabut : 45)
Islam menekankan agar shalat dilakukan dengan berjama’ah dan mewajibkan shalat jum’at pada tiap-tiap pekan dengan berjama’ah menurut cara tertentu.
Adalah shalat berjama’ah itu melahirkan persatuan, kecintaan dan persaudaraan sesama kaum muslimin dan menjadikan mereka satu bangunan yang bersusun kuat. Ketika mereka berkumpul (shalat berjama’ah) dengan khusyu’ bagi Allah semata-mata. Mereka, ruku’ dan sujud bersama-sama, terpadulah hati mereka dan tumbuhlah pada diri mereka rasa persaudaraan antara sesama mereka.
Shalat berjama’ah itu melatih mereka untuk mematuhi seorang imam yang dipilih diantara mereka, mendidik mereka diatas ketertiban, disiplin dan menjaga waktu. Menciptakan sifat tolong menolong, berkasih sayang, persaman dan kerukunan dikalangan mereka.
(Prinsip-prinsip Islam : Abul A’la Maududi ).
WA MIMMA RAZAQNAAHUM YUNFIQUN. (Dari apa yang Kami rizkikan mereka infakkan).
Ibnu ‘Abbas berkata : “Zakat harta”
Qatadah berkata :” Belanjakan apa yang diberikan Allah kepadamu ( di jalan Allah ) sebab harta kekayaan hanya titipan sementara padamu dan tidak lama akan berpisah.”
Seringkali Allah menggandengkan perintah shalat dengan zakat dan infak, sebab shalat ibadah yang meliputi tauhid, pujian dan do’a serta penyerahan diri kepada Allah, sedang infak berupa uluran tangan dan budi baik kepada sesama manusia. Infak disini meliputi semuanya yang wajib maupun yang sunat. (Ibnu Katsir ).
Orang-orang yang menafkahkan hartanya disebut al-munfikin ( orang yang bertaqwa ).” Yaitu orang-orang yang menafkahkan ( hartanya ) baik diwaktu lapang maupun sempit.” (QS. Ali-Imran : 134 ).
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang-orang miskin yang meminta dan orang-orang miskin yang tidak mendapatkan bagian ( tidak meminta ).” (QS. Adz-Dzariat : 156 ).
Sifat orang-orang yang bertaqwa yang ketiga ini membentuk manusia yang memiliki kepekaan sosial dan ukhuwah Islamiyah yang tinggi, sekaligus mengikis individualistis produk materialisme yang hanya mementingkan diri sendiri. Monopoli ekonomi, exploitasi terhadap sesama dalam setiap kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
WALADZIINA YU’MINUUNA BIMAA UNZILA ILAIKA WA MAA UNZILA MINQABLIKA. (Orang-orang yang beriman kepada Al-Kitab).
“Dan orang-orang yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu ( yakni Al-Qur’an ) dan kepada apa yang diturunkan dari sebelum kamu (yakni Zabur, Taurat dan Injil). (QS. Al-Baqarah : 4 )
Apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an.
“(Al-Qur’an ) ini adalah Al-Kitab yang tdak mengundang keraguan (pasti) didalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah :2).
Pada ayat yang lain Allah berfirman :
“Hai manusia telah datang kepadamu nasehat ( tuntunan ) dari ( Allah ) Tuhanmu dan obat penyembuh dari berbagai penyakit dalam dada dan sebagai petunjuk serta rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS. Yunus : 57 )
Dengan penjelasan ayat-ayat tersebut maka jelas derap dinamika kehidupan manusia dengan segudang permasalahan yang sangat komplek justru sangat memerlukan bimbingan dan petunjuk wahyu. Sikap orang-orang beriman yang bertaqwa tidak diragukan lagi akan menjadaikan Al-Qur’an sebagai pedoman yang menempatkannya pada skala prioritas terdepan sebagai pemandu jalan hidupnya sampai ke surga kelak. Dalam hal ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga hawa nafsumu tunduk kepada apa yang aku bawa.” ( Al-Qur’an).” ( HR. Al-Hakim ).
“Al-Qur’an itu penolong yang diperkenankan pertolongannya dan pembela yang dibenarkan pembelaannya. Barangsiapa menjadikan Al-Qur’an di depan ( sebagai pedoman ) dia akan menuntun kedalam surga dan barangsiapa menjadikan Al-Qur’an dibelakang, maka ia akan menyeret ke dalam neraka.” (HR. Ibnu Hibban dan Baihaqi dengan sanad yang baik ).
WABIL AKHIRATIHUM YUUQINUUN. ( Dan terhadap hari akhir (kiamat) mereka iman (yakin).
Sudah menjadi kepastian dari Allah bahwa alam ini akan berakhir, kiamat pasti terjadi. Ini keyakinan orang yang beriman yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tidak mungkin menjadi seorang mukmin (taqwa) tanpa iman kepada hari akhirat. Bahkan keingkaran seseorang kepada hari akhirat menjatuhkan dia dari derajat manusia kepada derajat binatang yang paling rendah.
Analisa para ahli ilmu sepakat bahwa alam ini tidak kekal. Semua kekuatan dan benda-benda yang ada didalamnya adalah terbatas, tidak boleh tidak satu ketika akan binasa. Para sarjana ilmu alam pun telah bulat pendapatnya, bahwa matahari suatu saat akan mati, dingin dan hilang cahanya. Keseimbangan daya tarik dan peredaran planet-planet pun akan lenyap.
Orang beriman meyakini bahwa akhirat itu lebih baik dari kehidupan di dunia ini.
“Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.” (QS. Al-Gashiyah : 25-26).