Sabtu, 25 Desember 2010

RUMAHKU SYURGAKU


Itulah 4 pondasi dalam mewujudkan ”Rumahku Surgaku”. Mudah-mudahan kita mampu mengaplikasikan keempat pondasi sehingga kebahagiaan rumah tangga akan mudah kita raih.

Surga adalah sebuah tempat yang penuh kenikmatan, kebahagiaan, keindahan serta segala bentuk kebaikan lainnya. Maka tak heran, jika kata surga sering dipakai untuk mewakili sesuatu yang penuh kebahagiaan, misalnya ungkapan “Rumahku Surgaku”.

Surga adalah tempat dengan bangunan yang indah dan megah, makanan yang lezat dan nikmat, pakaian yang indah dan berkelas, perhiasan yang mahal dan antik, penghuni yang tampan dan cantik. Penghuninya selalu berbuat baik dan merasakan kebahagiaan yang tiada tara, tanpa adanya rasa duka dan sakit. Itulah kenikmatan surga, yang tak ada bandingannya di dunia.

Beragam kenikmatan dan kebahagiaan akan kita dapatkan di dunia kalau kita mampu mengoptimalkan segala nikmat Allah yang diberikan kepada kita.

Begitupun kenikmatan dan kebahagiaan di rumah akan kita dapatkan, jika kita mampu mamanej keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis.
Rumah adalah tempat berteduh bagi setiap individu dalam keluarga dari kesibukan di luar. Di dalamnya menjanjikan sejuta kedamaian dan kasih sayang yang harmonis.

Islam sebagai dien (agama) sempurna yang mengatur bagaimana mewujudkan kebahagiaan, menciptakan rumah sebagaimana slogan “Baitii Jannatii’ [Rumahku, Surgaku]. Rumah yang didalamnya ditemukan kedamaian, kasih sayang dan rahmat dari Illahi, laksana sebuah surga di dunia.

Slogan ”Rumahku Surgaku” dapat berasal dari sebuah rumah dengan bangunan yang indah, megah dan luas laksana istana raja, namun tak menutup kemungkinan, jika ungkapan ”Rumahku surgaku” keluar dari mulut penghuni rumah yang sangat sederhana, namun bersih dan rapih serta penghuninya berhati lapang sehingga rumah yang tidak luas pun terasa lapang.

Kebahagiaan laksana surga dunia yang dapat dirasakan oleh keluarga dengan paras tampan dan cantik. Namun kebahagiaan dapat pula terwujud dari pasangan dengan wajah dan penampilan fisik biasa saja, namun memiliki hati rupawan yang lahir dalam bentuk akhlak mulia, sehingga pemiliknya terlihat sangat menawan.

Kebahagiaan jelas hanya dimiliki oleh orang-orang yang suka berbuat baik, namun sebagai manusia biasa mereka pun tak lepas dari kesalahan, hanya saja setiap kesalahan yang dilakukan selalu diiringi kebaikan untuk mengimbanginya.

”Rumahku Surgaku” pun bukan berarti sebuah rumah yang hanya berisi kebahagiaan dan kesenangan tanpa masalah dan rasa sedih, namun mereka yang mampu menghiasi rumahnya dengan sikap sabar dan syukur.

Setiap orang pasti mendambakan rumah tangga bahagia, yang mampu mewujudkan ”baitii jannatii (Rumahku Surgaku)”. Namun demikian, untuk mewujudkan ”Rumahku Surgaku” tidak semudah membalikkan telapak tangan, tentu harus ada usaha yang menyertai harapan tersebut. Paling tidak ada empat cara untuk mewujudkannya, yaitu:

1.    Jadikan agama sebagai pondasi keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang besar. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidak-harmonisan dan kehancuran.

Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Untuk mewujudkan masyarakat muslim yang lebih luas, sebelumnya kita harus membentuk keluarga muslim yang memiliki pondasi agama.

Rasulullah saw pernah bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi, nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak wanita yang hitam dan beragama itu lebih utama.” (H.R. Ibnu Majah).

Bila pondasi agama kuat, maka akan kuat pula masyarakat dan akan terwujud kebahagiaan yang didambakan. Sebaliknya, bila tercerai berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota keluarganya, maka dampaknya terlihat pada masyarakat, sehingga kebahagiaan dalam keluarga pun akan sulit untuk dicapai.

2.    Jadikan cinta kasih sebagai atapnya.
Cinta Kasih adalah sesuatu yang mesti ada dalam sebuah pernikahan, karena cinta merupakan bumbu perkawinan. Jika pernikahan dibarengi dengan cinta, maka pernikahan akan terasa indah, penuh dinamika.

Namun, jika pernikahan tidak disertai dengan cinta, maka pernikahan akan terasa hampa, tanpa dinamika. Dan Rasulullah selalu menganjurkan umatnya untuk memiliki cinta dalam pernikahannya. Dalam salah satu hadits dikisahkan, bahwa Mughirah bin Syu’bah telah meminang seorang gadis, kemudian Rasulullah saw memberikan nasehatnya: ”Lihatlah gadis tersebut terlebih dahulu, karena dengan melihatnya bisa menjamin kelangsungan dan keharmonisan engkau berdua” (H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).

Jadi, ketika akan melangsungkan akad nikah, maka tanamkanlah cinta kasih diantara keduanya, dan bawalah cinta kasih tersebut kedalam rumah tangga yang kelak akan dijalaninya. Insya Allah harapan ”Rumahku Surgaku” akan tercapai.

3.    Hiasi keluarga dengan jiwa sabar dan syukur.
Rasulullah saw bersabda, ”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapat kesenangan dia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah dia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (H.R. Muslim).

Keluarga sakinah terbentuk bukan karena kosongnya kesulitan, ujian, dan problematika hidup. Tapi, ia terbentuk karena sikap dan cara menyikapinya dengan benar, yaitu dengan menanamkan sikap sabar dan syukur. Adanya problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan keluar yang diambilnya. Dan agar manusia kreatif dalam mencari, menemukan keputusan yang tepat sebagai jalan keluar bagi problematika hidupnya.

4.    Jadikan keteladanan sebagai cara utama dalam mendidik anak-anak.
Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, ”Didiklah anak-anakmu dengan bijak, karena mereka akan mengalami zaman yang tidak akan engkau alami”. Banyak cara dalam mendidik anak namun mendidik dengan memberikan teladan adalah yang paling utama. Anak belajar dengan mudah karena orang tua menjadi model bagi sang anak.

Oleh karena itu berikan teladan yang baik kepada mereka, karena mereka akan selalu menconto apa yang kita lakukan bukan apa yang kita perintahkan. Karena setiap ucapan dan prilaku kita akan membentuk sebagian karakter anak kita. Untuk itu, teladan yang baik akan membentuk karakter yang baik.

Itulah empat pondasi dalam mewujudkan ”Rumahku Surgaku”. Mudah-mudahan kita mampu mengaplikasikan keempat pondasi tersebut, sehingga kebahagiaan rumah tangga akan mudah kita raih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar