Sabtu, 25 Desember 2010

Pornografi Mendatangkan Bencana

  Ini yang membuat orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya serta menambahkan adiksi (kecanduan) pornografi, juga menimbulkan gangguan memori. ..


Jika Anda penggemar film-film horor Indonesia, Anda pasti ingat dengan kontroversi kedatangan Miyabi, bintang film porno Jepang yang didatangkan ke Indonesia demi syuting film Menculik Miyabi.

Meskipun didemo banyak orang di Indonesia, Miyabi tetap datang dan main film. Nah, ternyata hal ini menjadi angin segar bagi produser lainnya untuk mendatangkan bintang film porno dari negara lain. Gak tanggung-tanggung, kali ini yang didatangkan adalah Tera Patrick, bintang porno papan atas dari Amerika peraih Oscar of Porn (Piala Oscar untuk bintang film porno).

Tera Patrick akan bermain dalam film berjudul Rintihan Kuntilanak Perawan. Kedatangan Tera Patrick ke Indonesia dilakukan secara diam-diam. Tidak banyak media yang tahu dan mengekspos kabar ini. Efeknya, masyarakat pun diam tak bereaksi. Tahu-tahu nanti filmnya langsung beredar dan laku keras. Apalagi penyebabnya kalau bukan menjual nama dan ketenaran Tera Patrick sebagai bintang porno negara Amrik.

Yang menjadi pertanyaan kita, mengapa film yang melibatkan bintang film porno merebak di bumi Indonesia? Tidak berlebihan jika tuduhan jatuh pada paham “kapitalisme” yang menyebarkan “racun kebebasan” bagi tiap individu. Di satu sisi, semangat kebebasan terhadap pers sebenarnya menjadi boomerang sendiri bagi masyarakat.

Bagaimana tidak? Dengan dilegalisasikan kebebasan pers pada zaman reformasi seperti saat ini, termasuk di dalamnya adalah produk film, majalah, dan semacamnya, maka amanlah para pengelola perfilman baru tersebut. Setidaknya, kebebasan tersebut bisa mereka jadikan dalih untuk melindungi diri.

Dengan produk peraturan yang tidak tegas, penuh celah yang berpeluang untuk kejahatan, maka wajar media menyajikan pornografi bebas kontrol. Oleh karena itu, logis jika para produser film-film horor yang menggunakan bintang film porno sebagai “jualan utamanya” tidak pernah masuk penjara. Hebat, bukan?



Mungkin di Indonesia, meskipun beberapa peraturan melarang keras produksi film biru, mekanisme sistem kontrol negeri ini masih jauh dari memuaskan. Akibatnya, produk barang impor berupa film perusak moral semacam ini tetap saja berjalan lancar tanpa terkendali. Hal ini diperparah dengan beredarnya CD/DVD porno impor dengan jumlah yang berjubel. Bahkan dengan dalih menyembuhkan kelesuan perfilman Indonesia, banyak pihak yang beralih membuat film “semi porno”, seperti Topeng Pengantin, Rintihan Kuntilanak Perawan, dan sebagainya.

Bagaimana dampak negatif dari film-film tersebut bagi generasi muda kita? Menurut ahli bedah saraf dari Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L. Hilton Jr, MD mengatakan bahwa pornografi menimbulkan perubahan konstan pada nevrotransmitter dan melemahkan fungsi kontrol.

Ini yang membuat orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya serta menambahkan adiksi (kecanduan) pornografi, juga menimbulkan gangguan memori. Kondisi itu, tidak terjadi secara cepat dan dalam waktu singkat, melainkan melalui beberapa tahap, yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsif, ekskalasi kecanduan, desensitisasi, dan akhirnya penurunan perilaku. Dan kerusakan otak akibat kecanduan pornografi adalah yang paling berat, lebih berat dari kecanduan kokain.

Selain itu, pornografi memberi makan pada “keinginan mata” dan “keinginan daging” yang tidak akan pernah terpuaskan. Pornografi hanya akan membuat ‘penontonnya’ minta tambah, tambah, dan tambah lagi. Dengan mudah, pornografi memperbudak orang akan nafsunya dan membuka pintu terhadap segala jenis kejahatan seperti kemarahan, penyiksaaan, kekerasan, kepahitan, kebohongan, iri hati, pemaksaan, dan keegoisan.

Kekuatan tersembunyi di balik pornografi akan menunjukkan dirinya pada saat orang yang sudah terlibat berusaha menghentikan kebiasaannya. Tanpa bantuan, biasanya orang itu tidak berdaya untuk lepas. Pornografi membuat cara berpikir seseorang menjadi penuh dengan seks semata. Pikiran seks akan menguasai alam bawah sadar mereka. Gambar berbau seks akan melekat pada otak mereka, sehingga pada saat seseorang memutuskan untuk berhenti melihat pornografi pun, gambar-gambar yang pernah ia lihat di masa lalu akan bertahan sampai beberapa tahun bahkan selama-lamanya.

Pornografi menjadi ajang promosi terhadap praktik seksual yang menyimpang. Contohnya, situs porno internet biasanya terhubung dengan situs porno yang lebih progresif seperti homoseks, pornografi anak, seks dengan hewan, perkosaan, seks dengan kekerasan, dan lainnya. Ini akan membuat orang-orang tertentu terganggu secara mental dan tertantang untuk mencoba. Dengan demikian, makin banyaklah perilaku seks menyimpang di masyarakat.

Hukum Islam

Terkait dengan masalah pornografi ini, Islam menetapkan hukum mengenai melihat gambar dan film porno. Batasan yang akan digunakan adalah batasan yang ditetapkan dalam fiqih Islam mengenai aurat laki-laki dan perempuan. Mengenai batas-batas aurat, laki-laki dan perempuan itu sendiri memang terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Namun, secara umum pendapat yang dipegang oleh mayoritas (jumhûr) ulama menyatakan bahwa batas aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangan.

Sesungguhnya Allah Swt. telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menjaga pandangan dari melihat aurat atau kehormatan orang lain, sebagaimana firman Allah Swt.,


قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (٣٠)وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ



Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An Nuur [24]: 30 – 31).

Sedangkan, di dalam film-film porno, batas-batas aurat atau bahkan inti dari aurat seseorang diperlihatkan dan dipertontonkan kepada orang-orang yang tidak halal melihatnya. Ini merupakan perbuatan yang diharamkan, baik orang yang mempertontonkan maupun yang menontonnya.

Untuk itu, tidak diperbolehkan bagi seseorang menyaksikan film porno walaupun dengan alasan belajar tentang cara-cara berhubungan atau menghilangkan kelemahan syahwatnya.

Karena untuk alasan ini, tidak mesti dengan menyaksikan film tersebut, akan tetapi bisa dengan cara-cara lainnya yang di dalamnya tidak ditampakkan aurat orang lain, seperti buku-buku agama yang menjelaskan tentang seks, buku-buku fiqih tentang pernikahan atau mungkin buku-buku umum tentang seks yang bebas dari penampakan aurat seseorang di dalamnya.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah? Melihat dari dampak yang sangat buruk bagi generasi muda yang ditimbulkan akibat melihat film porno dan larangan yang sangat keras oleh agama, maka penguasa negeri ini harus bersikap tegas terhadap beredarnya film-film yang berbau porno, termasuk pemutaran film-film di bioskop yang menghadirkan bintang film porno.

Dan, lebih urgen adalah blokir situs porno secara total!! Upaya pemblokiran situs porno selama ini hanya dilakukan setengah-setengah. Sebagai contoh, di internet, situs porno lokal diblokir, tetapi pemerintah tidak berani memblokir situs pornografi luar. Jika pemerintah tidak bersikap tegas, bagaimana dengan nasib jutaan generasi muda kita? Tentu akan hilang.

Bukan hanya hilang moralitasnya, tapi juga harga diri, martabat, dan imannya. Bahkan, kemungkinan terburuk dari maraknya kemaksiatan ini adalah akan datangnya bencana dahsyat yang sangat mengerikan melanda negeri ini.

RUMAHKU SYURGAKU


Itulah 4 pondasi dalam mewujudkan ”Rumahku Surgaku”. Mudah-mudahan kita mampu mengaplikasikan keempat pondasi sehingga kebahagiaan rumah tangga akan mudah kita raih.

Surga adalah sebuah tempat yang penuh kenikmatan, kebahagiaan, keindahan serta segala bentuk kebaikan lainnya. Maka tak heran, jika kata surga sering dipakai untuk mewakili sesuatu yang penuh kebahagiaan, misalnya ungkapan “Rumahku Surgaku”.

Surga adalah tempat dengan bangunan yang indah dan megah, makanan yang lezat dan nikmat, pakaian yang indah dan berkelas, perhiasan yang mahal dan antik, penghuni yang tampan dan cantik. Penghuninya selalu berbuat baik dan merasakan kebahagiaan yang tiada tara, tanpa adanya rasa duka dan sakit. Itulah kenikmatan surga, yang tak ada bandingannya di dunia.

Beragam kenikmatan dan kebahagiaan akan kita dapatkan di dunia kalau kita mampu mengoptimalkan segala nikmat Allah yang diberikan kepada kita.

Begitupun kenikmatan dan kebahagiaan di rumah akan kita dapatkan, jika kita mampu mamanej keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis.
Rumah adalah tempat berteduh bagi setiap individu dalam keluarga dari kesibukan di luar. Di dalamnya menjanjikan sejuta kedamaian dan kasih sayang yang harmonis.

Islam sebagai dien (agama) sempurna yang mengatur bagaimana mewujudkan kebahagiaan, menciptakan rumah sebagaimana slogan “Baitii Jannatii’ [Rumahku, Surgaku]. Rumah yang didalamnya ditemukan kedamaian, kasih sayang dan rahmat dari Illahi, laksana sebuah surga di dunia.

Slogan ”Rumahku Surgaku” dapat berasal dari sebuah rumah dengan bangunan yang indah, megah dan luas laksana istana raja, namun tak menutup kemungkinan, jika ungkapan ”Rumahku surgaku” keluar dari mulut penghuni rumah yang sangat sederhana, namun bersih dan rapih serta penghuninya berhati lapang sehingga rumah yang tidak luas pun terasa lapang.

Kebahagiaan laksana surga dunia yang dapat dirasakan oleh keluarga dengan paras tampan dan cantik. Namun kebahagiaan dapat pula terwujud dari pasangan dengan wajah dan penampilan fisik biasa saja, namun memiliki hati rupawan yang lahir dalam bentuk akhlak mulia, sehingga pemiliknya terlihat sangat menawan.

Kebahagiaan jelas hanya dimiliki oleh orang-orang yang suka berbuat baik, namun sebagai manusia biasa mereka pun tak lepas dari kesalahan, hanya saja setiap kesalahan yang dilakukan selalu diiringi kebaikan untuk mengimbanginya.

”Rumahku Surgaku” pun bukan berarti sebuah rumah yang hanya berisi kebahagiaan dan kesenangan tanpa masalah dan rasa sedih, namun mereka yang mampu menghiasi rumahnya dengan sikap sabar dan syukur.

Setiap orang pasti mendambakan rumah tangga bahagia, yang mampu mewujudkan ”baitii jannatii (Rumahku Surgaku)”. Namun demikian, untuk mewujudkan ”Rumahku Surgaku” tidak semudah membalikkan telapak tangan, tentu harus ada usaha yang menyertai harapan tersebut. Paling tidak ada empat cara untuk mewujudkannya, yaitu:

1.    Jadikan agama sebagai pondasi keluarga.
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang besar. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidak-harmonisan dan kehancuran.

Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Untuk mewujudkan masyarakat muslim yang lebih luas, sebelumnya kita harus membentuk keluarga muslim yang memiliki pondasi agama.

Rasulullah saw pernah bersabda, “Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi, nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak wanita yang hitam dan beragama itu lebih utama.” (H.R. Ibnu Majah).

Bila pondasi agama kuat, maka akan kuat pula masyarakat dan akan terwujud kebahagiaan yang didambakan. Sebaliknya, bila tercerai berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota keluarganya, maka dampaknya terlihat pada masyarakat, sehingga kebahagiaan dalam keluarga pun akan sulit untuk dicapai.

2.    Jadikan cinta kasih sebagai atapnya.
Cinta Kasih adalah sesuatu yang mesti ada dalam sebuah pernikahan, karena cinta merupakan bumbu perkawinan. Jika pernikahan dibarengi dengan cinta, maka pernikahan akan terasa indah, penuh dinamika.

Namun, jika pernikahan tidak disertai dengan cinta, maka pernikahan akan terasa hampa, tanpa dinamika. Dan Rasulullah selalu menganjurkan umatnya untuk memiliki cinta dalam pernikahannya. Dalam salah satu hadits dikisahkan, bahwa Mughirah bin Syu’bah telah meminang seorang gadis, kemudian Rasulullah saw memberikan nasehatnya: ”Lihatlah gadis tersebut terlebih dahulu, karena dengan melihatnya bisa menjamin kelangsungan dan keharmonisan engkau berdua” (H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).

Jadi, ketika akan melangsungkan akad nikah, maka tanamkanlah cinta kasih diantara keduanya, dan bawalah cinta kasih tersebut kedalam rumah tangga yang kelak akan dijalaninya. Insya Allah harapan ”Rumahku Surgaku” akan tercapai.

3.    Hiasi keluarga dengan jiwa sabar dan syukur.
Rasulullah saw bersabda, ”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya dan kebaikan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapat kesenangan dia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah dia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (H.R. Muslim).

Keluarga sakinah terbentuk bukan karena kosongnya kesulitan, ujian, dan problematika hidup. Tapi, ia terbentuk karena sikap dan cara menyikapinya dengan benar, yaitu dengan menanamkan sikap sabar dan syukur. Adanya problematika hidup menyebabkan manusia dapat memaknai arti sebuah jalan keluar yang diambilnya. Dan agar manusia kreatif dalam mencari, menemukan keputusan yang tepat sebagai jalan keluar bagi problematika hidupnya.

4.    Jadikan keteladanan sebagai cara utama dalam mendidik anak-anak.
Ali bin Abi Thalib pernah berpesan, ”Didiklah anak-anakmu dengan bijak, karena mereka akan mengalami zaman yang tidak akan engkau alami”. Banyak cara dalam mendidik anak namun mendidik dengan memberikan teladan adalah yang paling utama. Anak belajar dengan mudah karena orang tua menjadi model bagi sang anak.

Oleh karena itu berikan teladan yang baik kepada mereka, karena mereka akan selalu menconto apa yang kita lakukan bukan apa yang kita perintahkan. Karena setiap ucapan dan prilaku kita akan membentuk sebagian karakter anak kita. Untuk itu, teladan yang baik akan membentuk karakter yang baik.

Itulah empat pondasi dalam mewujudkan ”Rumahku Surgaku”. Mudah-mudahan kita mampu mengaplikasikan keempat pondasi tersebut, sehingga kebahagiaan rumah tangga akan mudah kita raih

Minggu, 19 Desember 2010

selingkuh..................???!!!!???

Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negative.
Dalam Kamus Besar  Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang
banyak :
1.      tidak berterus terang
2.      tidak jujur atau serong
3.      suka menyembunyikan sesuatu
4.      korup atau menggelapkan uang
5.      memudah-mudahkan perceraian
Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan dapat
ditimbulkan oleh siapapun. Kelima-limanya tersebut tidak disukai oleh
agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar perintah Allah.
Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah terjadi
perselingkuhan dalam keluarga yang sekarang akan dibahas. Contohnya,
apabila seorang isteri diam-diam mengambil uang suaminya tanpa
memberitahu itu sudah termasuk selingkuh. Jika seorang suami
sebenarnya mendapatkan penghasilan 1 juta namun dilaporkan kepada
isterinya hanya 500 ribu, maka itupun sudah termasuk selingkuh. Puncak
selingkuh dalam keluarga adalah salah satu pihak telah menjalin
hubungan dengan pria/wanita idaman lain (PIL/WIL) tanpa sepengetahuan
pasangannya.
Ada ayat dalam Al-Quran, Surat An-Nisa yang menjelaskan bahwa betapa
dekatnya arti pasangan dengan diri kita sendiri, bahkan jikalau memang
harus bercerai, mahar yang telah diberikan kepada isterinya dahulu
tidak boleh diminta kembali. Berikut bunyinya :
“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain,
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta
yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya barang
sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan
yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?”. (QS.4:20)
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah
bergaul (bercampur/AFDHO) dengan sebagian yang lain sebagai
suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat.” (QS. 4:21)
Mari lihat lebih dalam lagi sebenarnya apa arti AFDHO dalam Surat 4:21
diatas. AFDHO  berasal dari  kata FADHO yang artinya angkasa luar.
Angkasa luar itu mempunyai ruang yang sangat luas, tanpa batas dan
terbuka. Karena itu hendaknya hubungan suami isteri semestinya seperti
angkasa luar ini,  tidak ada batas di antara suami isteri, dan
se-terbuka-terbukanya diantara keduanya. Kalau masih ada gengsi,
takut-takut dan sembunyi-sembunyi terhadap sesuatu sekecil apapun
diantara keduanya maka belum mengikuti kehendak dan keinginan Allah
tersebut. Allah menginginkan  antara kita dan pasangan kita adalah
saling terbuka. Pasangan adalah diri kita.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari diri kamu, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”(QS.30:21)
Kita  lihat ayat diatas.  Allah mengatakan Dia  telah menciptakan
untukmu isteri-isteri dari diri kamu. Apa maknanya ? Maknanya adalah
pasangan kita sesungguhnya adalah diri kita. Maukah kita merugikan
diri Anda sendiri dalam arti merugikan pasangan Anda ? Maukah Anda
menyakiti diri sendiri artinya menyakiti pasangan Anda yang merupakan
diri Anda sendiri ? Pasangan kita adalah diri kita. Apabila kita
menginginkan sesuatu  maka sebelum kita mengucapkan, suami/isteri kita
sudah dapat menebaknya dengan tepat apa yang kita inginkan, karena dia
adalah diri kita. Begitu juga sebaliknya karena kita juga adalah
dirinya. Semakin terjadi persesuaian suami-isteri, akan semakin
bahagia mereka.
Hidup bersama dengan pasangan, mempunyai arti sesungguhnya yang amat
dalam. Hidup itu adalah ditandai dengan gerak, bisa merasakan dan
dirinya tahu. Kalau Anda hidup bersama dengan pasangan, maka gerak
langkah secara bersama, pengetahuan Anda dan pasangan bersama-sama
tahu dan mencari tahu terhadap segala hal dan masalah yang  sedang
dihadapi, dan Anda bersama pasangan Anda mempunyai perasaan yang sama.
Kalau pasangan Anda tidak menyukai sesuatu pada diri Anda, maka
ubahlah diri Anda. Kalau pasangan Anda tidak menyukai dan  tidak
meridhai poligami, maka jangan Anda lukai diri Anda sendiri (pasangan
Anda) dengan poligami.
Dalam ajaran Islam, ada perintah musyawarah. Dalam Al-Quran,
musyawarah ini digunakan 3 x, yaitu musyawarah untuk pujian,
musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan musyawarah dalam hidup
berumah tangga.  Jadi dalam hidup berumah tangga, tidak ada yang
tertutup sedikitpun, dan musyawarah membutuhkan kejujuran. Jadi jangan
menyembunyikan  sesuatu pada pasangan Anda.
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka. …. dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”  (QS.65:6).
Ada kasus khusus, memang ada sesuatu dalam kehidupan berumah tangga
berbohong dibenarkan dalam rangka menyenangkan pasangan, yaitu gombal
pada pasangannya. Begitu juga menyembunyikan sesuatu kalau dalam hal
kemaslahatan bersama dan bukan  untuk  kepentingan pribadi, hal ini
dapat dibenarkan oleh Allah. Dalam sebuah  hadits, ada seorang isteri
sedang  sendirian  bersama  anaknya yang  sedang sakit  keras,
suaminya sedang  pergi  mencari nafkah dan sudah lama perginya karena
jaman dulu pergi mencari nafkah itu betul-betul memakan waktu lama,
tidak ada transportasi yang  cepat seperti sekarang. Anaknya yang
sedang sakit ini, kemudian  meninggal. Tak lama  kemudian, suaminya
pulang. Sesampai  di rumah, suaminya menanyakan bagaimana kabarnya dan
kabar anak mereka berdua ? Dijawab sang isteri karena tidak ingin
memberikan berita buruk sebelum suaminya pulih betul istirahatnya,
“anak kita sedang istirahat setenang-tenangnya”. Tenanglah suaminya
karena tidak ada masalah  dalam rumah yang  kemarin  ditinggalkannya.
Kemudian sang isteri melayani suaminya sepanjang  malam. Esok  paginya
setelah suaminya bangun dan segar, kemudian isterinya baru mengabarkan
keadaan anaknya yang sebenarnya pada sang suami, bahwa anaknya sudah
meninggal, keadaannya sudah setenang-tenangnya. Sang suamipun sedih
dan juga terenyuh akan kesabaran isterinya tapi sudah lebih kuat
sehingga bisa menjadi tumpahan kesedihan dari sang isterinya
sebaliknya atas kematian anak mereka.
Puncak perselingkuhan adalah perzinaan dengan pria/wanita lain. Dasar
kehidupan rumah  tangga adalah kepercayaan. Saling percaya di antara
pasangan adalah hal yang paling pokok.  Jika  tidak ada lagi rasa
percaya dan  saling curiga maka perkawinan sudah bisa lagi berjalan.
Apalagi jika  salah satu menuduh  pasangannya berzina dengan orang
lain maka  sudah  masuk kategori cerai/thalaq abadi. Jika thalaq 1,
thalaq 2  bahkan  thalaq 3  (dalam  thalaq  3 ada catatan telah
menikah dulu dengan orang lain), suami bisa balik  lagi kepada
isterinya untuk menikah lagi atau sebaliknya  (rujuk). Tapi kalau
sudah  menuduh berzina dengan 5 x  ucap (Li’an) maka otomatis  telah
terjadi  thalaq/cerai  abadi.  Hal itu  terjadi  karena mereka  sudah
tidak  lagi  saling  percaya,   sudah  musnah  rasa  kepercayaan
masing-masing. Tidak  ada  lagi kepercayaan maka tidak bisa balik.
“Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka
tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka
persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,
sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan (sumpah)
yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang
yang berdusta.” (QS. 24:6-7).
Karena itu,  suami isteri dituntut  untuk menghindarkan diri dari
kecurigaan,  dengan cara saling  terbuka.  Seringkali  perceraian
terjadi karena tidak adanya keterbukaan,  dan ini sudah termasuk
selingkuh.
Keterbukaan dan  kejujuran ini bahkan sejak semula jauh sebelum
pernikahan masih dalam rangka  saling kenal mengenal sudah harus
diterapkan.
Dalam  sebuah hadits, disebutkan pesan Nabi, apabila salah seorang
kamu mendatangi perempuan untuk dinikahi dan kamu menggunakan semir
rambut, katakan kepadanya bahwa rambutmu telah disemir.
Kehidupan berumah  tangga yang kita hadapi adalah berinteraksi dengan
manusia bukan  dengan alam.   Manusia mempunyai  perasaan.  Timbulnya
segala sesuatu termasuk pada diri manusia itu dimulai dengan adanya
benih, termasuk cinta. Benih itu timbulnya dimulai dari perasaan. Oleh
karena itu jika cinta ditujukan pada orang lain bukan pada isteri atau
suaminya sendiri, hendaknya buru-buru disingkirkan. Jangan mengatakan
bahwa “saya ga bisa menghapus cinta ini kepada dia  (bukan
suami/isterinya)”.  Ada sebagian orang menyerah seolah dia tidak
berdaya menghadapi perasaan yang timbul dalam dirinya  karena
mencintai orang lain yang bukan suami/isterinya, yang barangkali itu
adalah cinta pertamanya atau sebab-sebab lainnya. Dia terus saja
mengalah tidak berdaya, mengikuti dan menuruti kemauan hatinya yang
sudah ternoda itu. Kemudian dengan mudahnya, ia menggunakan dalih
taqdir yang menyebabkan dia bisa cinta ke orang lain tersebut.
Padahal ada kesalahan yang disebabkan karena  kita sadar dan ada pula
kesalahan yang disebabkan karena kecerobohan kita. Kesalahan yang
disebabkan  kecerobohan ini, contohnya adalah bila ada seorang
perempuan yang diminta untuk menjaga seorang  bayi yang sedang
tertidur, kemudian perempuan itu pergi mengobrol dengan tetangganya
dan terlena berjam-jam mengobrolnya.  Ketika perempuan  itu  kembali
ke bayi dan rupanya bayinya sudah terjatuh dari tempat tidur, maka
bisakah kita katakan itu karena taqdirnya sang bayi ataukah disebabkan
karena kecerobohan perempuan itu ? Tentu,  karena  kecerobohan
perempuan  itu  dalam menjaga sang bayi. Nah, begitu juga dengan
perasaan dan cinta kita kepada orang yang bukan suami/isteri kita
sendiri,  apakah itu disebabkan karena taqdir atau kecerobohan kita
terlena pada cinta dan perasaan itu  berjam-jam, berhari-hari bahkan
bertahun-tahun yang bersemayam dari hati dan perasaan kita ?
Allah sudah melengkapi perangkat-perangkat di dalam diri agar kita
bisa terlepas dan bebas, dan mampu membersihkan kesalahan-kesalahan
kita yang lalu. Semua tergantung dari kesungguhan yang kita lakukan.
Karena itu, segeralah  untuk menghapus cinta dan perasaan pada orang
yang bukan suami/isteri kita  dan  segera menyingkirkannya bukan
sekedar mengubur cinta yang bukan untuk pasangannya. Karena kalau
sekedar menguburnya, sesuatu itu masih ada terpendam  yang
sewaktu-waktu baik secara sadar atau tidak kita bisa membongkarnya
kembali, berbeda halnya jika kita menghapusnya tuntas. Jika benih itu
tidak segera disingkirkan  maka lama-lama  akan menjadi besar dan
bertambah, dan akhirnya bisa menguasai jiwa dan menjadi dorongan,
syetan nanti akan terus membantu jika tidak ada niatan atau tekad yang
kuat untuk menyingkirkannya. Tidak ada dalih yang dapat dibenarkan
sedikitpun tentang hal ini sejak masih dalam benih apalagi sampai
besar. Jangan diperturutkan hati dan perasaan yang salah. Apalagi jika
membayangkan orang  lain (bukan suami/isterinya)  dalam berhubungan
seks  itupun sudah termasuk selingkuh, yang sejak dini berupa benihpun
(masih dalam bayangan/imajinasi)  tersebut  untuk  segera
disingkirkan.
Ketidakjujuran juga termasuk benih dalam kehidupan berumahtangga,
segera singkirkan  pula.  Ketidakjujuran jika terus dibiarkan dapat
mengantar mereka kepada saling tidak  percaya.
Pekerjaan-pekerjaan itu ada yang dilakukan oleh hati dan juga oleh
anggota badan.  Pekerjaan-pekerjaan hati dan pikiran adalah berfikir,
berimajinasi dan berfantasi, jika  pekerjaan-pekerjaan hati tersebut
tidak mengarah kepada  kebaikan  segera  singkirkan dan hapus, seperti
imajinasi fantasi kepada orang lain bukan kepada suami/isteri Anda
segera musnahkan. Kita harus memadamkan api sebelum dia berkobar.
Jangan  perturutkan hati dan  terlena karenanya sedini mungkin.
Jadi selingkuh mempunyai arti yang banyak dan tidak hanya sebatas
selingkuh secara   fisik tapi bisa karena hati dan pikiran
(imajinasi/fantasi). Segera singkirkan sedini mungkin. Dan untuk
mencegahnya, dalam hidup berumah tangga diperlukan adanya keterbukaan
& kejujuran sebagai dasar pokok.
Tanya Jawab :
-         Tanya : Bagaimanakah dengan Nikah Sirri ?
-         Jawab : Kembali dulu kepada pengertian nikah sirri  yang
sebenarnya. Nikah Sirri adalah nikah yang dirahasiakan dimana
kerahasiannya itu  sampai batas-batasnya, hanya merahasiakan pada
orang lain. Batas-batasnya itu sampai dimana ? Batas-batasnya adalah
adanya wali perempuan, mempelai laki dan wanita, dan 2 orang saksi,
lalu ditambah aturan dalam Negara kita adalah tercatat dalam KUA. Jadi
Nikah Sirri itu sama dengan pernikahan biasa, hanyasanya nikah sirri
tidak dirayakan. Jika ada seorang menikah kemudian dia meminta utk
orang lain agar mengatakan bahwa dia belum menikah padahal sudah
menikah (apalagi berbohong pada isterinya), nah ini sudah diluar batas
dan dilarang oleh Allah, karena itu  termasuk berbohong dan dusta.
Allah menyuruh jika kita menikah harus diumumkan.
Nikah yang tidak diketahui oleh isteri (apalagi tidak
diridhai/disukainya), itu dilarang dalam Islam sesuai dengan
pembahasan diatas, karena tidak jujur.
Apabila memang berniat untuk menikah lagi atas kesepakatan kedua
belah pihak, keridhaan dan keinginan kedua belah pihak karena
alasan-alasan yang dapat  diterima menginginkan  keturunan  yang tidak
diperoleh melalui isterinya (Tafsir Al-Misbah Vol.3, Surat An-Nisa:4),
maka menikah lagi bagi sang suami  tidak dilarang menurut agama.
Sekarang banyak fenomena dimana sang isteri tidak mengetahui,
suaminya mempunyai isteri-isteri lain dan anak-anak lain, karena
sembunyi-sembunyi dan tidak jujur  pada isterinya. Selain itu, juga
banyak fenomena terjadi pemaksaan kehendak suami untuk menikah lagi.
Ini tidak diridhai oleh Allah karena sudah termasuk selingkuh.
-         Tanya : Bagaimana jika  kita  tidak jujur pada anak-anak kita ?
-         Jawab : Ada  suatu pengertian yang hendaknya orang tua dan
anak harus mengerti sampai dimana batas anak harus berbakti pada orang
tuanya. Menurut Rasyid Ridha bahwa bukan  termasuk anak  berbakti
kepada orang  tua  apabila  dengan  cara mengikuti semua kehendak dan
keinginan orang tua menyangkut hak-hak anak. Orang  tua menyuruh anak
dengan memaksa, maka itu sudah melanggar hak anak untuk bebas memilih.
Apabila anak mengikuti dengan terpaksa maka itu bukan dikategorikan
anak telah berbakti kepada  orang  tuanya.

Wassalamualaikum wr.wb,

KEUTAMAAN AL-MA’TSURAT

Al-Ma’tsurat adalah kumpulan wirid yang disusun oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna. Di dalamnya terdiri dari ayat-ayat pilihan dan lafal-lafal dari hadits Rasulullah saw. yang biasa beliau amalkan dalam wiridnya. Dinamakan Al-Ma’tsurat, karena memang semua yang ada dalam kumpulan wirid ini dituntunkan (ada riwayatnya) oleh Rasulullah saw. Kata ‘Ma’tsur’ sendiri artinya yang dituntunkan (ada riwayatnya) oleh Rasulullah saw.
Membaca wirid merupakan salah satu sarana dzikir (mengingat Allah) di samping sarana-sarana yang lain. Setiap mukmin harus senantiasa mengingat Allah dalam setiap kesempatan. Yang demikian ini akan menguatkan hatinya dan menjaga kestabilan jiwanya. Dzikir kepada Allah setiap saat juga merupakan karakteristik para ulul albab (orang-orang yang berakal). Allah berfirman,
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring ........ “ (Ali Imran : 191)
Jamaah Ikhwanul Muslimin yang dirintis oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna ingin membina setiap mukmin menjadi sosok manusia seutuhnya. Disamping tarbiyah ruhiyah. Setiap anggota Ikhwanul dituntut untuk senantiasa ber-ittiba’ kepada sunnah Nabi saw. Diantaranya dengan mengamalkan wirid-wirid beliau setiap harinya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasul Allah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab : 21)
wirid Al-Ma’tsurat bisa kita amalkan setiap hari pada pagi dan petang hari. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan nama) Allah dengan berdzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Al-Ahzab : 41-42)
Cukuplah kiranya hadits berikut untuk menjelaskan keutamaan dzikir dan para pelakunya.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Aku itu ada pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sebuah jamaah, Aku akan menyebutnya di dalam jamaah yang lebih baik dari mereka.” (Muttafaq ‘alaih)


1.
Allah swt. berfirman :

“Maka jika kamu membaca Al-Qur’an, mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk.”


Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Anas ra. dari nabi saw. bahwa beliau bersabda.

“Barangsiapa di waktu pagi mengucapkan a’udzu billahis sami’il alim ....., dia akan dibebaskan dari gangguan syetan hingga sore hari.”

2.
Hadits Ubay bin Ka’ab ra. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman tangan-Nya, tidaklah diturunkan dalam Taurat, Zabur, Injil, atau Furqon yang sebanding dengan Al-Fatihah. Sesungguhnya ia merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Qur’an yang agung yang dianugerahkan kepada ku.” (HR. Tirmidzi dan ia mengatakan, ‘Hadits ini hasan shahih.’)


Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya dengan sanad dari Ubay bin Ka’ab dari Nabi saw., bahwa beliau saw. bersabda,

“Setiap pekerjaan yang bermanfaat yang tidak dimulai dengan ‘Bismillahirrohmanir-rohim’, maka perkara itu terputus.” Artinya, amal itu sedikit nilai berkahnya.

3.
Diriwayatkan oleh Ad-Darami dan Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab dari ibnu Mas’ud ra. bahwa dia berkata, “Barangsiapa membaca sepuluh ayat dari surat Al-Baqoroh di permulaan siang, maka ia tidak akan didekati oleh syetan hingga sore. Dan jika membacanya sore hari, maka ia tidak akan didekati oleh syetan sampai pagi hari dan ia tidak akan melihat sesuatu yang dibenci pada keluarga dan hartanya.”


Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Hakim dalam Shahih-nya, dari Ibnu Mas’ud ra. Nabi saw. bersabda,

“Barangsiapa membaca sepuluh ayat; empat ayat dari awal surat Al-Baqoroh, ayat kursi dan dua ayat sesudahnya, serta ayat-ayat terakhir dari Al-Baqoroh tersebut, maka rumahnya tidak akan dimasuki oleh syetan sampai pagi.”

4.
Dari Abdullah bin Hubaib ra., ia berkata, “(Suatu ketika) kami keluar pada malam yang gelap gulita dan sedang hujan. Kami meminta kepada Rasululloh saw. agar berkenan mendo’a-kan kami. Maka kami pun menjumpai beliau, lalu beliau bersabda, ‘katakanlah !’ Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian beliau bersabda, ‘katakanlah !’ Saya tidak mengatakan apa-apa. Kemudian saya bertanya, ‘apa yang harus saya kataka, wahai Rasululloh ?’ Beliau bersabda, ‘Qulhuwallohu ahad dan dua surat perlindungan (Al-Falaq dan An-Naas) tatkala sore dan pagi hari masing-masing tiga kali, niscaya ia sudah mencukupi dari segala sesuatu.” (Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan An-Nasa’i. At-Tirmidzi berkata, ini hadits hasan shahih.”)

5.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, “Rasululloh saw. tatkala pagi hari selalu membaca : asbahna wa asbahal mulku lillah ......., dan ketika sore hari berkata : amsaina wa amsal mulku lillah .......” (Hadits riwayat Ibnu Sunni dan Al-Bazzar. Al-Baihaqi berkata ‘hadits ini sanadnya baik’)

6.
Dari Ubay bin Ka’ab ra. berkata, “Ketika pagi hari Rasululloh saw. Mengajarkan kepada kami untuk membaca : asbahna ‘ala fitrotil islam ......., dan ketika sore hari juga membaca do’a yang sama.” (Hadits riwayat Abdullah bin imam Ahmad ibnu Hambal dalam zawaid-nya).

7.
Dari ibnu Abbas ra., ia berkata, “Telah bersabda Rasululloh saw., ‘barangsiapa membaca tiga kali : allahuma inni asbahtu mingka ......., maka wajib bagi Allah untuk menyempurnakan nikmat-Nya kepada orang tersebut.” (Hadits riwayat Ibnu Sunni).

8.
Dari Abdullah bin Ghannam Al-Bayadhi bahwa Rasulullah saw. bersabda, “barangsiapa ketika pagi membaca : allahumma ma-asbaha bi ......., maka sesungguhnya ia telah menunaikan syukur pada hari itu. Dan barangsiapa membacanya ketika sore hari, maka ia telah menunaikan syukur pada malam harinya.” (Hadits riwayat Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dalam shahih-nya)

9.
Dari Abdullah bin Umar ra., bahwasanya Rasulullah saw. bercerita kepada mereka tentang seorang hambadari hamba Allah yang mengatakan : ya rabbi lakal hamdu ......., maka dua malaikat merasa berat dan tidak tahu bagaimana harus mencatat (pahalanya). Kemudian keduanya naik ke langit seraya berkata, ‘Wahai Tuhan kami, sesungguhnya hamba-Mu telah mengatakan satu perkataan yang kami tidak tahu bagaimana mencatat (pahala)-nya.’ Allah swt. – Dia Mahatahu apa yang dikatakan hamba-Nya – berfirman, ‘Apakah yang dikatakan hamba-Ku ?’ kedua malaikat menjawab, ‘sesungguhnya ia mengatakan : ya rabbi lakal hamdu ........’ maka Allah swt berfirman, ‘Catatlah pahalanya sebagaimana yang diucapkan oleh hamba-Ku tadi, sampai ia berjumpa dengan-Ku niscaya Aku akan membalasnya.’” (Hadits riwayat Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan para perawinya tsiqoh).

10.
Dai Abi Salam ra. – seorang pelayan Rasulullah saw. – dalam hadits marfu’, ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi dan sore hari mengatakan : radiitu billahi rabba .........., maka adalah wajib bagi Allah untuk meridhainya.” (Hadits riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Al-Hakim)

11.
Dari Juwairah (Ummul Mukminin ra.), Nabi saw. keluar dari sisinya pagi-pagi untuk shalat shubuh di masjid. Beliau kembali (ke kamar Juwairah) pada waktu dhuha, sementara ia masih duduk di sana. Lalu Rasulullah saw. Bertanya, ‘engkau masih duduk sebagaimana ketika aku tinggalkan tadi ?’ Juwairah menjawab, ‘ya’ maka Rasulullah saw bersabda, ‘Sungguh, aku telah mengatakan kepadamu empat kata sebanyak tiga kali, yang seandainya empat kata itu ditimbang dengan apa saja yang engkau baca sejak tadi tentu akan menyamainya, (empat kata itu adalah) yakni : subhanallahi wabihamdihi, ‘adadakhalqihi ..........” (Hadits riwayat Muslim)

12.
Dari Utsman bin Affan ra. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba setiap pagi dan sore membaca : bismillahilladzi la yadhurru ......, kecuali bahwa tidak ada sesuatu yang membahayakannya.” (Hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan Shahih)

13.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. berkata bahwa suatu hari Rasulullah saw. berkutbah di hadapan kita, seraya bersabda,

“Wahai sekalian manusia, takutlan kalian kepada syirik, karena sesungguhnya syirik itu lebih lembut dari binatang semut.” Kemudian berkatalah seseorang kepada beliau, ‘bagaimana kita berhati-hati kepadanya wahai Rasul, sementara dia lebih lembut daripada binatang semut ?’ Rasulullah saw. Bersabda, ‘Katakanlah allahumma inna na’udzubika ........’ (Hadits riwayat Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang baik. Juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la sebagaimana hadits tadi dari Hudzaifah, hanya saja Hudzaifah berkata, ‘Beliau (Rasulullah saw.) membacanya tiga kali’)

14.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menjelang sore membaca : a’uudzu bikalimatillahi ........ sebanyak tiga kali, maka tidak akan membahayakan baginya racun yang ada pada malam itu.” (Hadits riwayat Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya)

15.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. masuk masjid, tiba-tiba beliau jumpai seorang anshor yang bernama Abu Umamah. Rasulullah saw., bertanya ‘Wahai Abu Umamah, mengapa kamu duduk-duduk di masjid di luar waktu shalat ?’Abu Umamah ra. menjawab, ‘Karena kegalauan yang melanda hatiku dan hutang-hutangku, wahai Rasulullah.’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Bukanlah aku telah mengajarimu beberapa bacaan, yang bila kau baca niscaya Allah akan menghilangkan rasa galau dari dirimu dan melunasi hutang-hutangmu ?’ Abu Umamah berkata, ‘Betul, wahai Rasulullah.’ Rasulullah bersabda, ‘Ketika pagi dan sore ucapkanlah : allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan ......’ Kemudian aku melakukan perintah tadi, maka Allah menghilangkan rasa galau dari diriku dan melunasi hutang-hutangku.” (Hadits riwayat Abu Dawud)

16.
Dari Abdurrahman bin Abu Bakar ra., dia berkata kepada ayahnya, “wahai ayahku, sesunguhnya aku mendengar engkau berdo’a, allahumma ‘afini fi badani ........ engkau lakukan itu tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore,” Sang ayah berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw. berdo’a seperti itu, maka aku pun ingin mengikuti sunnah beliau.” (Hadits riwayat Abu Dawud dan yang lainnya)

17.
Dari Syaddad bin Aus ra., Nabi saw. Bersabda, “Sayyidul Istighfar (do’a permohonan ampunan yang terbaik) adalah : allahumma anta rabbi la-ilaha illa anta khalaqtani ....... barangsiapa membacanya ketika sore hari dengan yakin akan kandungannya, kemudian meninggal pada malam itu, maka ia pun akan masuk surga. Dan barangsiapa membacanya pada pagi hari dengan yakin akan kandungannya kemudian meninggal pada hari itu, maka ia akan masuk surga.” (Hadits riwayat Bukhari dan yang lainnya)

18.
Dari Zaid (pelayan Rasulullah saw.) berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘barangsiapa yang membaca : astagfirullahalladzi la-illa huwal hayyu ......, Allah akan mengampuninya, meski ia lari dari pertempuran.” (Hadits riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Al-Hakim. Al-Hakim berkata, ‘Hadits ini shahih berdasarkan atas syarah Bukhari dan Muslim)

19.
Dari Abu Darda’ ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa membaca shalawat kepadaku sepuluh kali ketika pagi dan sepuluh kali ketika sore, maka ia akan memperoleh syafaatku pada hari kiamat.” (Hadits riwayat Thabrani)

20.
Dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya berkata, “Barangsiapa bertasbih kepada Allah seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti orang yang melakukan haji seratus kali. Barangsiapa bertahmid kepada Allah seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti orang yang membawa seratus kuda perang untuk berjihad di jalan Allah. Barangsiapa mengucapkan tahlil (Lailaha illallah) seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka ia seperti memerdekakan seratus budak dari anak cucu Ismail. Barangsiapa mengucapkan takbir (Allahu Akbar) seratus kali ketika pagi hari dan seratus kali ketika sore hari, maka Allah tidak akan memberi seorang melebihi apa yang diberikan kepadanya, kecuali orang itu melakukan hal yang sama atau lebih.” (Hadits riwayat Tirmidzi dan ia berkata, ‘Hadits ini hasan.’ An-Nasa’i juga meriwayatkan hadits yang sama)


Dan dari Ummu Hani’ ra., Rasulullah saw. bersabda kepadanya, “Wahai Ummu Hani’, ketika pagi hari bertasbihlah kepada Allah seratus kali, bacalah tahlil seratus kali, bacalah tahmid seratus kali, dan bertakbirlah seratus kali, maka sesungguhnya seratus unta yang kau qurbankan, dan seratus tahlil itu tdak akan menyisakan dosa sebelumnya dan sesudahnya.” (Hadits riwayat Thabrani)

21.
Dari Abu Ayyub ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa ketika pagi hari membaca : la-ilaaha illallahu wahdahu la-syarika lahu ........ sepuluh kali, maka Allah akan mencatat setiap kali itu dengan sepuluh kebaikan dan menghapus sepuluh kejelekan, serta mengangkatnya dengan bacaan tadi sepuluh derajat. Bacaan tadi (pahalanya) bagaikan memerdekakan sepuluh budak, dan ia bagi pembacanya sebagai senjata bagi permulaan siang sampai menjelang sore, serta hari itu ia tidak akan mengerjakan pekerjaan yang akan mengalahkannya. Dan barangsiapa membacanya ketika sore hari, maka ia (pahalanya) seperti itu juga.” (Hadits riwayat Ahmad, Ath-Thabrani, Sa’id bin Mansur, dan yang lainnya)

22.
Dari Jubair bin Muth’im ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Barangsiapa membaca : subhanakallahumma wabihamdika ....... pada suatu majelis dzikir, maka bacaan itu seperti stempel yang dicapkan kepadanya. Dan barangsiapa mengucapkannya pada forum iseng, maka bacaan itu sebagai kafarat baginya.” (Hadits riwayat An-Nasa’i, Al-Hakim, Ath-Tharani, dan yang lainnya)

13.
Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata, “Kami meriwayatkan dalam kitab Hilyatul Auliya’ dari Ali ra., ‘Barangsiapa suka mendapatkan timbangan kebajikan yang sempurna, maka hendaklah di akhir majelisnya ia membaca subhana rabbika raabil ‘izzati amma yasifuun ............”


Pustaka
_______, 1984. Al-Qur’an dan terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia. jakarta
Sabiq, S. 1988. Fikih Sunah. jil 5. Al-Ma’arif. Bandung. 254-313.
An-Nawawi, S. 1996. Riyadhus Shalihin. Jil 2. Pustaka Amani. Jakarta. 363-368.
Shaleh, Q., A. A. Dahlan, dan M. D. Dahlan,. 1993. Asbabun Nuzul : latar belakang historis turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Cet 15. CV. Diponegoro. Jakarta

Jumat, 17 Desember 2010

TOBAT SAMBEL.......

Waah, sambelnya pedes banget ki......... Kata Maula sambil terus melahap lalapan dan sambel cobek buatan istri Ki Bijak. Ki bijak tersenyum melihat tingkah polah Maula, katanya sambelnya pedes, tapi terus saja ia melahap sambel itu sambel mulutnya terus mendesah kepedasan.

Nak Mas, katanya pedes, tapi masih makan terus...? Kata Ki Bijak.

Abis sambelnya mantep banget sih ki..... Kata Maula.

Nak Mas pernah dengar istilah tobat sambel............ Tanya Ki Bijak.

Tobat sambel ki...? Tobat seperti apa itu ki.....? Tanya Maula.

Ya kayak Nak Mas makan sambel itu, pedes, pedes, tapi tetap makan terus...... Kata Ki Bijak.

Ada banyak orang yang bilangnya ingin tobat, sudah insyaf, tapi tak lama setelah itu, mereka mengulangi perbuatan dan kesalahan yang sama, tobatnya sebatas bibir saja, tobatnya sekedar ketika ia dalam kesulitan, ia tiba-tiba menjadi rajin berdoa, memohon kepada Allah, bertaubat kepada Allah, tapi setelah kesulitannya diangkat oleh Allah, ia kembali kepada perbuatan maksiat lagi..... sambung Ki Bijak.

Maula buru-buru menyelesaikan makannya, ia mulai tertarik dengan perkataan gurunya tentang tobat sambel.

Contoh nyatanya seperti apa ya ki ?

Seperti seorang maling ayam ketangkep basah sama hansip, kemudian ia diinterogasi oleh pak hansip, dengan memelas, kemudian ia mengakui kekhilapannya maling ayam, dan ia berjanji untuk bertobat dan tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi, tapi setelah ia dikasihani kemudian dibebaskan oleh Pak Hansip, ia mengulangi perbuatan itu lagi, karena ia beranggapan bahwa toh nanti kalau ketangkap, ia juga bisa memelas dan menyatakan tobat lagi.

Diantara kita pun masih banyak orang yang seperti itu Nak Mas, kita pura-pura taat, pura-pura rajin ke masjid, pura-pura rajin sedekah, sekedar untuk mengelabui orang-orang disekitarnya, tapi ia lupa bahwa Allah tidak bisa dibohongi.

Lalu bagaimana seharusnya tobat yang benar ki...?

Taubat bukanlah sekedar berbicara bahwa saya bertaubat, tobat adalah pengakuan yang jujur dari dalam hati dan diri kepada Allah swt bahwa kita telah melakukan kesalahan, kita menyesalinya dengan penyesalan terdalam, kemudian lisan kita mengiringinya dengan istighfar, tobat adalah sebuah kesungguhan dari kita untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut, dan jihad kita untuk memperbaiki diri.

Jadi menurut aki kata kuncinya kesungguhan kita untuk keluar dari kubangan maksiat, kesungguhan kita menjauhi kubangan tersebut, kesungguhan kita membersihkan kotoran yang masih melekat dalam diri kita dengan istighfar dan perbaikan diri secara nyata dan terus menerus

Allah mengancam mereka yang bermain-main, seperti mereka yang shalatnya rajin, maksiatnya jalan, seperti mereka yang rajin sedekah, korupsinya tak berhenti, mereka yang pandai mengaji, tapi ngomogin orangnya juga tak pernah lewat, dengan sebuah ancaman yang keras, yaitu neraka yang menyala.

Benar ki, ana sering mendengar orang yang mengatakan bahwa tobat sih nanti saja kalau sudah tua, atau tobatnya setelah menjadi kaya terlebih dahulu, atau setelah puas bermaksiat dulu, seolah mereka yang tahu dan yang menentukan usia mereka. Kata Maula.

Iya aki juga sering mendengarnya Nak, dan itu adalah sebuah kesalahan besar, karena seperti Nak Mas bilang tadi, kita tidak tahu sampai kapan jatah usia kita.Kata Ki Bijak: Kalau kita berkaca pada teladan agung kita, baginda Rasul, beliau senantiasa mendawamkan istighfar dalam kesehariannya, padahal sebagaimana kita maklum beliau adalah orang yang sudah dimaksum Allah atas segala salahnya (kalau ada), logikanya, kita yang masih bergelimang dengan maksiat dan dosa, harusnya lebih konsen dan lebih tergerak untuk beristighfar dan bertaubat atas segala khilaf dan dosa kita.

Lalu kenapa banyak diantara kita yang seakan enggan bertobat ki ?

Pertama, mereka tidak meyakini adanya hari pembalasan diakhirat kelak, sehingga ia berpikir, kenapa harus repot-report bertobat, toh hidup kita hanya didunia ini saja, pemikiran semacam inilah yang kemudian membuat orang dengan santai dan dengan sadar melakukan dosa dan kesalahan, dan inilah
sebenar-benarnya dosa, yakni ketika kita melakukannya dengan kesadaran penuh, yang berarti pula ia mengingkari keberadaan Allah yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui, dan itu musyrik, Naudzubillah.

Kedua, mereka tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah dosa, hal ini bisa dimungkinkan karena mereka benar-benar tidak tahu, bisa juga karena pengaruh lingkungannya.

Pengaruh lingkungan ki ?

Ya Nak Mas, ketika pertama kali kita melintas ditempat pembuangan sampah, secara reflek kita akan dengan segera menutup hidung karena bau sampah yang menyengat, tapi tidak demikian dengan mereka yang terbiasa tinggal disekitar tempat itu, bau busuk dari sampah tidak lagi membuat mereka menutup hidung, karena mereka sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Pun ketika kita pertama kali melihat kemunkaran yang kecil sekalipun, kita akan segera tahu bahwa itu salah, tapi ketika kita berada ditengah-tengah lingkungan yang korup, maka pungli dianggap hal yang wajar, suap dan sogok
dianggap biasa, atau bahkan korupsi milyaran rupiah menjadi suatu lumrah, sehingga mereka yang sudah terbiasa dtempat tersebut, tidak menyadari perbuatan dosanya, apalagi tergerak hatinya untuk menyesal dan bertobat.

Ki, bagaimana agar kita selamat dari muslihat lingkungan yang bau ?

Jangan pergi atau hindari tempat-tempat seperti itu Nak Mas, itu cara yang paling efektif untuk memproteksi diri kita untuk tidak tertular dan terjangkiti busuknya kemaksiatan. Kemudian kembangkan system kekebalan atau system imun dari dalam diri kita terhadap virus-virus kemaksiatan, yaitu dengan cara membekali diri kita dengan ilmu dan iman yang benar, insya Allah kita bisa terhindar dari kotoran maksiat yang bertebaran disekeliling kita.. Kata Ki Bijak. Selanjutnya ingat selalu bahwa kita akan mati, cepat atau lambat, kita pasti mati, dan kesadaran bahwa usia kita bukan tanpa batas ini, mudah-mudahan menjadi tameng bagi kita terhadap dosa dan maksiat.

Ki, kenapa Allah menyeru kita untuk segera bertobat ?

Allah samasekali tidak berkepentingan dengan taubat kita, seandainya seluruh manusia melakukan maksiat, kemudian mereka enggan bertobat, Allah tidak akan turun dari kedudukan-Nya sebagai tuhan semesta Alam, pun sebaliknya, kalau semua manusia taat kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya, itupun sama sekali tidak akan menambah apapun bagi Allah.

Jadi.. Tanya Maula.

Jadi seruan Allah kepada kita untuk segera bertobat adalah sebagai salah satu bentuh rahman dan rahimnya Allah, sehingga Allah menawarkan kepada kita magfirah-Nya yang tidak terbatas, agar ketika kelak kita kembali kepada-Nya, kita dalam keadaan suci, seperti ketika kita baru lahir dulu.

Hanya kadang sifat sombong kita yang kerap mengabaikan fasilitas ini, dan ini adalah sebuah kerugian yang besar sambung ki Bijak.

Maula menggangguk tanda mengerti, bibirnya terus bergetar mengucapkan istighfar, astaghfirullah rabbal baraya.astaghfirullah minal khothaya

Sabtu, 11 Desember 2010

kisah kecanduan internet

Kisah seorang wanita yg datang untuk konsultasi dan mengadukan kisahnya. apa ia ceritakan begitu mengiris hati seorang wanita. dia ceritakan smua tentang kisah hidupnya yang telah lama terpendam, kisah hidup suaminya yang sejak adanya internet / facebook / chating sangat berpengaruh buruk pada prilakunya.  yah memang ibadah katanya jalan tapi maksiat juga tetap jalan ga ketinggalan, suaminya facebook/chating sampe lupa waktu tuk istirahat, yah syetan selalu bersamanya tuk menemani chating/facebookan, karena itu tak terasa telah menyita waktunya tuk chating/facebookan dengan wanita2 yang tentu saja mengarah kepada zina dan kemaksiatan, istrinya telah mengngatkannya, tapi setiap diingatkan selalu marah2, akhirnya dia hanya menangis dan mengadukan semuanya padaNya. akupun tak tahu, apa yang dicari oleh suaminya itu, padahal kalau dilihat istrinya solehah, tidak banyak menuntut, tapi itulah syetan selalu menggoda manusia tuk menemaninya masuk ke neraka, dia minta pendapat apa yang harus ia lakukan. karena hal itu sangat mengganggu kehidupannya. Akhirnya sudah diingatkan beberapa kali, jalan satu2nya serahkan kepada Allah, mudah2an Allah memberikan petunjuk dan hidayah pada suaminya agar dijauhkan dari godaan syetan yang selalu menggoda dengan keindahan dunia. amiin.
      kisah sebaliknya, seorang suami bercerita bahwa istrinya juga suka chating/facebookan dengan laki2 lain dan melakukan zina dan kemaksiatan di chating/facebookan. jadi memang sekarang jamannya sudah terbalik dan sudah tidak ingat kepada akherat. hanya keindahan sesaat dunia telah menggelapkan hati nuraninya. internet dijadikan ajang untuk memuaskan syahwat, naudzubillah. mereka sudah tidak menghiraukan bahwa dikiri dan kanannya ada malaikat yang selalu mengawasi dan mencatat amalnya. tapi mereka tidak merasa malu untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. YA ALLAH.... BIMBING DAN BERI PETUNJUK SERTA HIDAYAHMU UNTUK ORANG2 YANG BELUM TERBUKA HATINYA, BAHWA DUNIA HANYA TEMPAT SEMENTARA, DAN TEMPAT YANG KEKAL ADALAH AKHERATMU.
JADIKAN KELUARGANYA MENJADI KELUARGA YANG SAKINAH MAWADDAH WARRAHMAH. AMIIN..AMIIN YA ROBBAL ALAMIIN..... 

Minggu, 05 Desember 2010

taubatannasuha? harus itu...??!!!!!

    Istilah Taubatan Nasuha mungkin jarang kita dengar. Istilah yg lebih sering kita dengar dan lebih sering diutarakan, baik oleh para ustadz, ulama, ataupun di masyarakat adalah taubat atau tobat. Makna keduanya, sekilas sama, namun istilah taubatan nasuha merupakan istilah yg lebih ‘tepat’ dan akan dibahas di artikel ini.
Terma dari akar kata “t-w-b” dalam bahasa Arab menunjukkan pengertian: pulang dan kembali. Sedangkan taubat kepada Allah SWT berarti pulang dan kembali ke haribaan-Nya serta tetap di pintu-Nya. Definisi ini diutarakan oleh Yusuf Qardhawi, salah seorang ulama besar asal Mesir.
    Sementara istilah Taubatan Nasuha, berasal dari Al Qur’an, At Tahrim(66):8,“Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.”
      Pengertian murni dalam bertaubat adalah benar2 dilakukan karena ingin kembali ke jalan-Nya. Dia menyesali perbuatan buruknya di masa lalu serta berjanji untuk TIDAK      MELAKUKANNYA/MENGULANGINYA di kemudian hari. Hasilnya adalah ALLOH SWT akan menghapus kesalahan2 yg pernah dilakukannya. Dalam satu referensi, aku dapatkan pernyataan dari Al Kulabi, yg menyatakan bahwa taubatan nasuha dilakukan dengan meminta ampunan dengan lidah, menyesal dengan hatinya, serta menjaga tubuhnya untuk tidak melakukannnya lagi.
     Dengan demikian, taubat nasuha HARUSLAH HASIL KOORDINASI LIDAH, HATI DAN TUBUH. Bisa dikatakan, taubat nasuha MIRIP dengan iman, diyakini dg hati, diucapkan dg lisan, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
   Taubat nasuha merupakan solusi dari ALLOH SWT kepada hamba2Nya yg pernah berbuat kesalahan (dosa) dan kemudian menyadarinya, serta ingin kembali ke jalan yg benar. Hal ini dikarenakan tidak ada manusia yg tidak pernah berbuat kesalahan. Manusia bukanlah malaikat, yg selalu bersih, tanpa noda…karena setan, selaku musuh manusia, akan selalu menggoda manusia ke dalam perbuatan maksiat dan melanggar aturan ALLOH SWT, hingga akhir jaman.
Hinakah orang yg berbuat salah kemudian menyadari kesalahannya dan ingin kembali ke sisi ALLOH SWT? Sesungguhnya tidaklah hina orang yg bertaubat, karena ALLOH SWT sendiri menyukai orang2 yg bertaubat, sebagaimana tercantum di Al Baqarah(2):222,“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
Hal ini wajar jika ALLOH SWT menyukai orang2 yg bertaubat, karena ALLOH SWT sendiri SUKA MENERIMA TOBAT, Al Baqarah(2):160,“kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
Ada juga orang yg mengaku bertobat, tapi kembali berulangkali melakukan kesalahan yg sama. Aku jadi teringat ceramah Zainudin MZ, yg menyatakan orang yg demikian tobatnya adalah tobat sambal. Ngaku tobat (kapok) makan sambal, tapi di kesempatan lain akan mencoba lagi makan sambal…dan saat pedas dirasa, dia tobat lagi, tapi makan lagi sambal, demikian seterusnya…
Dengan demikian, taubat nasuha ialah taubat yang mengandungi ciri-ciri berikut:
1. Menyesal di atas dosa/maksiat yang dilakukan. Untuk dosa/perbuatan maksiat yg ‘biasa’, dilakukan dg memohon ampunan kepada ALLOH SWT. Sedangkan jika kesalahan dilakukan kepada sesama manusia, maka hendaklah dia meminta maaf kepadanya serta mengembalikan hak yg dia rampas (jika ada).
2. Berniat (dg sungguh2) tidak akan mengulanginya lagi.
3. Memohon taubat kepada ALLOH SWT.
4. ‘Menghapus’ kesalahan masa lalu dg banyak beramal soleh.