Sabtu, 27 Agustus 2011

ranjau dibalik kenikmatan

Sekali melakukan kelalaian tanpa ada yang memberi teguran, dan berlanjut ‘maksiat’ kecil-kecilan, maka ada kebohongan terus-terusan, begitulah yang terjadi, semoga Allah ta’ala dapat menyinari kembali hatinya.
yang enak-enak dan nikmat itu seringkali adalah jebakan setan, adalah ranjau-ranjau neraka. Di negeri sekuler dan negera non islam seperti tempat tinggal kami sekarang ini, penduduk ‘doyan disodori iklan kondom’, padahal yang urgen adalah ‘jauhi zina’. Iklan pemerintah kepada masyarakat lainnya adalah “Kurangi kadar alkohol dan kurangi merokok, mumpung masih muda”, padahal kalau memang jujur, seharusnya katakan, “Gerakan hidup sehat, manfaatkan masa muda tanpa minuman beralkohol, tanpa merokok”. Namun begitulah, kenikmatan-kenikmatan dunia sangat digemari, Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”
Hampir setiap kasus penipuan dan perampasan hak di berbagai negeri selalu menggunakan modus operandi ‘kenikmatan’. Contohnya ada kelompok pengajian RT fulanah tiba-tiba dikucuri ‘nikmat’ dana yang lumayan besar untuk keperluan bakti sosial ramadhan mereka. Donaturnya merupakan sahabat dari salah seorang jamaah pengajian tersebut. Namun tak diduga, beberapa tahun setelah itu, selain diduga bahwa dana yang seharusnya berjumlah dua kali lipat dari jumlah itu menurut laporan tertulis, terungkaplah bahwa dana itu ‘diributkan’ pula di level penguasa, ada indikasi besar bahwa dana donasi itu merupakan sebagian kecil dari dana yang dikorupsi oleh si donatur atas amanah yang ia emban. Astaghfirrulloh, berputar-putar lingkaran setan, dari lapisan atas hingga lapisan bawah, korupsi dan kolusi merata-rata. Naudzubillahiminzaliik.

Di antara nikmat yang paling besar yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya adalah pertolongan-Nya sepanjang waktu, terutama bagi hamba-Nya yang taat dan menjauhi maksiat. Bukankah korupsi dan riba berarti berlumur maksiat? Ingatkah akan terpecah belahnya ummat Islam juga karena makin banyak maksiat (selain keterlibatan kolusi dan konspirasi Internasional pemerintah Amerika, Israel, Inggris, dll)? Umar bin Khattab r.a berwasiat ketika melepas tentara perang:
“Dosa yang dilakukan tentara (Islam) lebih aku takuti dari musuh mereka. Sesungguhnya umat Islam dimenangkan karena maksiat musuh mereka kepada Allah. Kalau tidak demikian kita tidak mempunyai kekuatan, karena jumlah kita tidak sepadan dengan jumlah mereka, perlengkapan kita tidak sepadan dengan perlengkapan mereka. Jika kita sama dalam berbuat maksiat, maka mereka lebih memiliki kekuatan. Jika kita tidak dimenangkan dengan keutamaan kita, maka kita tidak dapat mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.”
Telah Allah kirimkan tsunami, gempa di bumi-Nya berulang kali, banjir dimana-mana, badai dan beragam amukan alam-Nya akibat peringatan pula atas menggunungnya kemaksiatan yang bagi kebanyakan manusia merupakan ‘kenikmatan’. Tetapi lagi-lagi belum ada taubat sejati, tak usai dibahas, tak habis dikuliti, tetap saja lingkaran setan penyakit korupsi dan maksiat itu tak segera diakhiri. Amanah bantuan bencana alam malah selain jadi ladang amal, sebagian menjadikannya “ladang korupsi” nan tetap merajalela. Tragis. Negeri yang dulu dikenal berpenduduk ramah dan bersikap tolong-menolong (dalam kebaikan), sekarang lebih dikenal sebagai negeri yang banyak masalah korupsi, penduduk saling tatap curiga dan mudah terpancing emosi. Jika budaya tolong menolong masih diakui, banyak pula yang salah persepsi, tolong-menolong malah dalam menutupi ulah berkorupsi, bergotong-royong menggerogoti harta anak cucu negeri, jangan sampai tercebur ke penjara. Kalau ada pemeriksaan polisi, semuanya (lari), beralasan sakit jantung atau tugas luar negeri. Mereka terus berpesta dan merasakan ‘kenikmatan’, suka cita penuh tawa, tanpa menyadari bahwa sesungguhnya mereka sedang berdiri di atas ranjau-ranjau berbalut kesenangan! Maka kasus tak pernah selesai. Mungkin menanti sidang Allah ta’ala di yaumil hisab, wallahu ‘alam bisshowab.
(Semoga ramadhan tahun ini kian bermakna, Selamat datang bulan mulia, Terima kasih atas kesempatan menemui ramadhan kembali, duhai Ilahi…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar